RENUNGAN SURAT AL KAHFI AYAT 82
Ketika rasa malas untuk melakukan ibadah menghampiri atau terbetik keinginan utk bermaksiat, ingatlah anak-anakmu.
Coba renungkan Firman Allah ta’ala :
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih… (QS. Al Kahfi : 82).
Sahabat
yang mulia Abdullah bin Mas’ud, ketika beliau sholat malam, sementara
putra beliau yang masih kecil terlelap tidur, serambi memandangi
putranya beliau berkata,
من أجلك يا بني…
“Demi dirimu wahai anak ku..”
Lalu beliau sambil menangis membaca firman Allah ta’ala :
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih… (QS. Al Kahfi : 82).
Benar sekali, sesungguhnya ketakwaan orangtua sangat berpengaruh pada kesholihan anak-anaknya.
Apabila
orang tuanya sholih, hubungannya dengan Allah kuat, maka Allah akan
menjaga anak-anaknya bahkan sampai cucu-cucunya. Seperti dalam kisah
dalam surat al Kahfi, Allah menjaga simpanan harta kedua anak yatim itu
dikarenakan kesalehan kakek mereka yang ketujuh….!
====
Allah ‘Azza wajalla mengingatkan ,
وَلْيَخْشَ
الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا
عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An
Nisa : 9).
Pengaruh Keshalihan Orang Tua Pada Anak-Cucu
Selama ini kita percaya bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat akan diturunkan kepada anak dan cucu. Karena ada pepatah
Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya
Sehingga manusia selektif memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang berkualitas baik fisik dan sifatnya.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa keshalihan juga bisa diturunkan.
Artinya
karena keshalihan bapak-ibu atau kakek-nenek, Allah menjaga anak
keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu mereka kelak juga menjadi
orang yang shalih.
Bisa kita lihat gambaran contohnya dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا
الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ
تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ
أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ
رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ
عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua
orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan
bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka
Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah
aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS.
Al Kahfi: 82)
Al-Qurthubi rahimahullahu menafsirkan,
ففيه ما يدل على أن الله تعالى يحفظ الصالح في نفسه وفي ولده وإن بعدوا عنه. وقد روي أن الله تعالى يحفظ الصالح في سبعة من ذريته
“Ayat
ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menjaga keshalihan seseorang dan
menjaga keshalihan anak keturunannya meskipun jauh darinya [beberapa
generasi setelahnya –pent]. Diriwayatkan [dalam kisah pada ayat] bahwa
Allah menjaga keshalihan pada generasi ketujuh dari keturunannya.”1
Bahkan
ada beberapa ulama yang menjelaskan bahwa tidak mesti keshalihan orang
tua atau kakek-nenek. Akan tetapi keshalihan kakek buyutnya beberapa
generasi sebelumnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ
امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang
anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya” [Ath Thuur: 21]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
ذريتهم
الذين اتبعوهم بإيمان أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت
الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر
منهم أنفسهم، فهؤلاء المذكورون، يلحقهم الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن
لم يبلغوها، جزاء لآبائهم، وزيادة في ثوابهم، ومع ذلك، لا ينقص الله الآباء
من أعمالهم شيئا
“keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan
maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang
tua/kakek-buyut mereka.
maka keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan.
Maka lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak-keturunan itu sendiri.
Mereka
yang disebut ini, maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam
kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka
sebenarnya tidak mencapainya [kedudukan anak lebih rendah dari orang tua
–pent], sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala
mereka. akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang
tua mereka sedikitpun.”2
Karenanya perhatikan dan pilihlah pasangan yang shalih, ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Demikian semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment