MERENUNGKAN SURAT AL ISRA AYAT 36

Download Kitab-kitab Klasik Lengkap .pdf Gratis
MENCERDASKAN DIRI DENGAN ILMU SYAR'I*MENCERDASKAN DIRI DENGAN ILMU SYAR'I*

Tidak diragukan lagi bahwa memahami ilmu syar’i (ilmu agama) adalah hal yang sangat penting, baik bagi seorang muslim maupun muslimah.

Kita membutuhkan ilmu syar’i sebagai bekal hidup, bahkan dalam setiap tarikan nafas yang kita hirup dan setiap detik yang kita lalui, semuanya membutuhkan ilmu. Hal ini karena sesungguhnya setiap perkataan, perbuatan, bahkan apa yang ada di hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

_“Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.”_

(QS. Al Israa`: 36)

Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu syar’i. Karena ilmu syar’i merupakan sumber kebahagiaan, baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Kita juga membutuhkan ilmu syar’i sebagai pedoman hidup. Terlebih lagi bagi seorang wanita, karena wanita akan menjadi ibu yang kelak akan mendidik anak-anaknya. Seorang ibu adalah pendidik yang utama bagi anak-anaknya.
Lantas bagaimanakah jadinya jika pendidiknya adalah seorang yang tidak berilmu?
Bagaimana mungkin seseorang yang tidak mempunyai sesuatu akan dapat memberikan sesuatu kepada orang lain?

Seseorang jika hendak menuntut suatu ilmu -terlebih lagi ilmu syar’i- maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya dan mencurahkan waktunya untuk ilmu, dan hendaknya ia tidak cepat bosan terhadap ilmu tersebut.

Terdapat sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadiy dalam kitab beliau Al-Jaami’ li Akhlaaqir Rawi wa Adaabis Saami’:

_Bahwasanya terdapat seorang penuntut ilmu hadits yang rajin mencari ilmu. Dia rajin menghadiri majelis-majelis ilmu para ulama ahli hadits. Akan tetapi, seiring dengan berlalunya waktu, dia merasa bahwa dirinya belumlah mendapatkan ilmu dan faidah yang banyak. Kemudian dia berkata pada dirinya sendiri, “Sesungguhnya aku tidaklah cocok mempelajari ilmu ini.” Selanjutnya dia meninggalkan ilmu tersebut karena menyangka bahwa pemahamannya terhadap ilmu tersebut sangatlah lemah sehingga dia tidaklah pantas mempelajarinya._

_Setelah waktu berlalu, suatu hari dia berjalan melewati sebuah batu besar dan terdapat air yang terus menetes di atasnya hingga mampu melubangi batu besar tersebut. Maka ia berhenti dan berfikir sejenak, lalu berkata kepada dirinya, “Air dengan kelembutannya saja mampu melubangi batu yang keras, maka sungguh otak dan hatiku tidaklah lebih keras dari batu, dan ilmu tentulah tidak lebih lembut daripada air.”_

_Semenjak itu dia mempunyai tekad yang kuat untuk kembali mempelajari ilmu yang telah lama dia tinggalkan. Maka jadilah dia termasuk orang yang mendapat petunjuk sehingga dia menguasai ilmu tersebut.._

Dari kisah tersebut terdapat sebuah pelajaran yang sangat berharga yaitu hendaknya siapa saja yang ingin mempelajari suatu ilmu, maka hendaknya dia mempunyai suatu tekad yang kuat dan tidak cepat berputus asa ketika jalan yang dilaluinya dalam menuntut ilmu adalah jalan yang sulit.

Hendaknya pula kita tidak mengatakan:

_“Saya mungkin tidak berbakat belajar bahasa Arab -misalnya- karena pemahaman saya terhadap bahasa Arab tidaklah kuat”_

Atau perkataan-perkataan lainnya yang menunjukkan keputus-asaan dan ketidaksabaran. Akan tetapi hendaknya kita melihat cara-cara yang ditempuh oleh orang-orang sebelum kita dalam mempelajari suatu ilmu.

Di samping itu, hendaknya kita juga jangan pernah lupa untuk terus memohon kepada Allah Ta’ala  agar senantiasa memberikan pertolongan kepada kita agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

*Buah Ilmu adalah Amal..*

Ilmu bukanlah tujuan utama. Namun, ilmu hanyalah perantara yang akan mengantarkan kita agar bisa melakukan amal ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, agar kita dapat berjalan di atas jalan yang telah ditempuh oleh para sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan.

Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang membuahkan amal bagi pemiliknya. Dan ilmu yang membuahkan amal, itulah ilmu yang bermanfaat..

• Dengan ilmu yang bermanfaat, semoga kita tidak menjadi orang yang sesat karena melakukan amal ibadah tanpa landasan ilmu yang benar.

• Dengan ilmu yang bermanfaat pula, semoga kita tidak menjadi orang yang dimurkai Allah Ta’ala  karena tidak mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita agar senantiasa melangkah di atas jalan yang diridhai-Nya.

Semoga Allah Ta’ala meneguhkan langkah kita dalam mencari ilmu syar’i yang benar berdasarkan pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Ya Allah..
Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.
♻ Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini dan tidak mengubah tulisan, semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.
══════ ❁✿❁ ══════ 


Tidak diragukan lagi bahwa memahami ilmu syar’i (ilmu agama) adalah hal yang sangat penting, baik bagi seorang muslim maupun muslimah.

Kita membutuhkan ilmu syar’i sebagai bekal hidup, bahkan dalam setiap tarikan nafas yang kita hirup dan setiap detik yang kita lalui, semuanya membutuhkan ilmu. Hal ini karena sesungguhnya setiap perkataan, perbuatan, bahkan apa yang ada di hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

_“Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.”_

(QS. Al Israa`: 36)

Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu syar’i. Karena ilmu syar’i merupakan sumber kebahagiaan, baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Kita juga membutuhkan ilmu syar’i sebagai pedoman hidup. Terlebih lagi bagi seorang wanita, karena wanita akan menjadi ibu yang kelak akan mendidik anak-anaknya. Seorang ibu adalah pendidik yang utama bagi anak-anaknya.
Lantas bagaimanakah jadinya jika pendidiknya adalah seorang yang tidak berilmu?
Bagaimana mungkin seseorang yang tidak mempunyai sesuatu akan dapat memberikan sesuatu kepada orang lain?

Seseorang jika hendak menuntut suatu ilmu -terlebih lagi ilmu syar’i- maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya dan mencurahkan waktunya untuk ilmu, dan hendaknya ia tidak cepat bosan terhadap ilmu tersebut.

Terdapat sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadiy dalam kitab beliau Al-Jaami’ li Akhlaaqir Rawi wa Adaabis Saami’:

_Bahwasanya terdapat seorang penuntut ilmu hadits yang rajin mencari ilmu. Dia rajin menghadiri majelis-majelis ilmu para ulama ahli hadits. Akan tetapi, seiring dengan berlalunya waktu, dia merasa bahwa dirinya belumlah mendapatkan ilmu dan faidah yang banyak. Kemudian dia berkata pada dirinya sendiri, “Sesungguhnya aku tidaklah cocok mempelajari ilmu ini.” Selanjutnya dia meninggalkan ilmu tersebut karena menyangka bahwa pemahamannya terhadap ilmu tersebut sangatlah lemah sehingga dia tidaklah pantas mempelajarinya._

_Setelah waktu berlalu, suatu hari dia berjalan melewati sebuah batu besar dan terdapat air yang terus menetes di atasnya hingga mampu melubangi batu besar tersebut. Maka ia berhenti dan berfikir sejenak, lalu berkata kepada dirinya, “Air dengan kelembutannya saja mampu melubangi batu yang keras, maka sungguh otak dan hatiku tidaklah lebih keras dari batu, dan ilmu tentulah tidak lebih lembut daripada air.”_

_Semenjak itu dia mempunyai tekad yang kuat untuk kembali mempelajari ilmu yang telah lama dia tinggalkan. Maka jadilah dia termasuk orang yang mendapat petunjuk sehingga dia menguasai ilmu tersebut.._

Dari kisah tersebut terdapat sebuah pelajaran yang sangat berharga yaitu hendaknya siapa saja yang ingin mempelajari suatu ilmu, maka hendaknya dia mempunyai suatu tekad yang kuat dan tidak cepat berputus asa ketika jalan yang dilaluinya dalam menuntut ilmu adalah jalan yang sulit.

Hendaknya pula kita tidak mengatakan:

_“Saya mungkin tidak berbakat belajar bahasa Arab -misalnya- karena pemahaman saya terhadap bahasa Arab tidaklah kuat”_

Atau perkataan-perkataan lainnya yang menunjukkan keputus-asaan dan ketidaksabaran. Akan tetapi hendaknya kita melihat cara-cara yang ditempuh oleh orang-orang sebelum kita dalam mempelajari suatu ilmu.

Di samping itu, hendaknya kita juga jangan pernah lupa untuk terus memohon kepada Allah Ta’ala  agar senantiasa memberikan pertolongan kepada kita agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

*Buah Ilmu adalah Amal..*

Ilmu bukanlah tujuan utama. Namun, ilmu hanyalah perantara yang akan mengantarkan kita agar bisa melakukan amal ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, agar kita dapat berjalan di atas jalan yang telah ditempuh oleh para sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan.

Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang membuahkan amal bagi pemiliknya. Dan ilmu yang membuahkan amal, itulah ilmu yang bermanfaat..

• Dengan ilmu yang bermanfaat, semoga kita tidak menjadi orang yang sesat karena melakukan amal ibadah tanpa landasan ilmu yang benar.

• Dengan ilmu yang bermanfaat pula, semoga kita tidak menjadi orang yang dimurkai Allah Ta’ala  karena tidak mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita agar senantiasa melangkah di atas jalan yang diridhai-Nya.

Semoga Allah Ta’ala meneguhkan langkah kita dalam mencari ilmu syar’i yang benar berdasarkan pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Ya Allah..
Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.
♻ Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini dan tidak mengubah tulisan, semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.
══════ ❁✿❁ ══════ 
MENCERDASKAN DIRI DENGAN ILMU SYAR'I*

Tidak diragukan lagi bahwa memahami ilmu syar’i (ilmu agama) adalah hal yang sangat penting, baik bagi seorang muslim maupun muslimah.

Kita membutuhkan ilmu syar’i sebagai bekal hidup, bahkan dalam setiap tarikan nafas yang kita hirup dan setiap detik yang kita lalui, semuanya membutuhkan ilmu. Hal ini karena sesungguhnya setiap perkataan, perbuatan, bahkan apa yang ada di hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

_“Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.”_

(QS. Al Israa`: 36)

Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu syar’i. Karena ilmu syar’i merupakan sumber kebahagiaan, baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Kita juga membutuhkan ilmu syar’i sebagai pedoman hidup. Terlebih lagi bagi seorang wanita, karena wanita akan menjadi ibu yang kelak akan mendidik anak-anaknya. Seorang ibu adalah pendidik yang utama bagi anak-anaknya.
Lantas bagaimanakah jadinya jika pendidiknya adalah seorang yang tidak berilmu?
Bagaimana mungkin seseorang yang tidak mempunyai sesuatu akan dapat memberikan sesuatu kepada orang lain?

Seseorang jika hendak menuntut suatu ilmu -terlebih lagi ilmu syar’i- maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya dan mencurahkan waktunya untuk ilmu, dan hendaknya ia tidak cepat bosan terhadap ilmu tersebut.

Terdapat sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadiy dalam kitab beliau Al-Jaami’ li Akhlaaqir Rawi wa Adaabis Saami’:

_Bahwasanya terdapat seorang penuntut ilmu hadits yang rajin mencari ilmu. Dia rajin menghadiri majelis-majelis ilmu para ulama ahli hadits. Akan tetapi, seiring dengan berlalunya waktu, dia merasa bahwa dirinya belumlah mendapatkan ilmu dan faidah yang banyak. Kemudian dia berkata pada dirinya sendiri, “Sesungguhnya aku tidaklah cocok mempelajari ilmu ini.” Selanjutnya dia meninggalkan ilmu tersebut karena menyangka bahwa pemahamannya terhadap ilmu tersebut sangatlah lemah sehingga dia tidaklah pantas mempelajarinya._

_Setelah waktu berlalu, suatu hari dia berjalan melewati sebuah batu besar dan terdapat air yang terus menetes di atasnya hingga mampu melubangi batu besar tersebut. Maka ia berhenti dan berfikir sejenak, lalu berkata kepada dirinya, “Air dengan kelembutannya saja mampu melubangi batu yang keras, maka sungguh otak dan hatiku tidaklah lebih keras dari batu, dan ilmu tentulah tidak lebih lembut daripada air.”_

_Semenjak itu dia mempunyai tekad yang kuat untuk kembali mempelajari ilmu yang telah lama dia tinggalkan. Maka jadilah dia termasuk orang yang mendapat petunjuk sehingga dia menguasai ilmu tersebut.._

Dari kisah tersebut terdapat sebuah pelajaran yang sangat berharga yaitu hendaknya siapa saja yang ingin mempelajari suatu ilmu, maka hendaknya dia mempunyai suatu tekad yang kuat dan tidak cepat berputus asa ketika jalan yang dilaluinya dalam menuntut ilmu adalah jalan yang sulit.

Hendaknya pula kita tidak mengatakan:

_“Saya mungkin tidak berbakat belajar bahasa Arab -misalnya- karena pemahaman saya terhadap bahasa Arab tidaklah kuat”_

Atau perkataan-perkataan lainnya yang menunjukkan keputus-asaan dan ketidaksabaran. Akan tetapi hendaknya kita melihat cara-cara yang ditempuh oleh orang-orang sebelum kita dalam mempelajari suatu ilmu.

Di samping itu, hendaknya kita juga jangan pernah lupa untuk terus memohon kepada Allah Ta’ala  agar senantiasa memberikan pertolongan kepada kita agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

*Buah Ilmu adalah Amal..*

Ilmu bukanlah tujuan utama. Namun, ilmu hanyalah perantara yang akan mengantarkan kita agar bisa melakukan amal ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, agar kita dapat berjalan di atas jalan yang telah ditempuh oleh para sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan.

Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang membuahkan amal bagi pemiliknya. Dan ilmu yang membuahkan amal, itulah ilmu yang bermanfaat..

• Dengan ilmu yang bermanfaat, semoga kita tidak menjadi orang yang sesat karena melakukan amal ibadah tanpa landasan ilmu yang benar.

• Dengan ilmu yang bermanfaat pula, semoga kita tidak menjadi orang yang dimurkai Allah Ta’ala  karena tidak mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita agar senantiasa melangkah di atas jalan yang diridhai-Nya.

Semoga Allah Ta’ala meneguhkan langkah kita dalam mencari ilmu syar’i yang benar berdasarkan pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Ya Allah..
Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.
♻ Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini dan tidak mengubah tulisan, semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.

══════ ❁✿❁ ══════ 
Share:

Related Posts:

No comments:

Post a Comment

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

LISTEN QURAN

Listen to Quran

Popular Posts

Blog Archive