.
Manusia yang berakal ketika beribadah kepada Allah Ta’ala yang di harapkan
tentu saja adalah balasan pahala yang melimpah. Tidak ada orang yang beribadah
menghendaki kesia-sia’an. Oleh karena itu hendaklah manusia beribadah sesuai
dengan yang di syari’atkan. Tidak membuat-buat syari’at baru yang tidak di
ajarkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Karena apabila beribadah dengan cara-cara yang
tidak di syari’atkan, maka bukan pahala yang akan di peroleh tapi justru akan
mendapatkan kerugian. Amalan mereka para pelaku bid’ah akan tertolak.
Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan :
.
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
.
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini
yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak“. (H.R al-Bukhari dan
Muslim).
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
.
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
.
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami,
maka tertolak”. (H.R Muslim).
.
Dan lebih dari itu, selain amalan mereka di tolak juga akan mendapatkan adzab
neraka sebagai akibat dari kesesatannya.
.
• Akibat Buruk dari Bid’ah
.
Dalam beberapa kesempatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan umatnya untuk tidak berbuat bid’ah. Karena bid’ah adalah
kesesatan.
.
Diantara peringatannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
.
“Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah
adalah sesat”. (HR. Muslim no. 867).
.
Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dan melarang suatu
perkara, kalau bukan perkara tersebut mendatangkan banyak keburukan. Dan
berikut ini beberapa akibat buruk dari prilaku bid’ah berdasarkan keterangan
dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya,
.
1. Pelaku bid’ah akan mendapatkan laknat Allah Ta’ala.
.
Pelaku bid’ah yang dimaksud adalah mereka yang gemar melakukan kebid’ahan,
bukan mereka yang tidak sengaja berbuat bid’ah. Maka balasan bagi mereka adalah
laknat dari Allah Ta’ala. Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam :
.
مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
.
“Barangsiapa yang berbuat bid’ah atau melindungi/membantu pelaku bid’ah, maka
baginya laknat Allah, para malaikat-Nya dan seluruh manusia”. (HR Bukhary,1870
dan Muslim, 1370).
.
Sungguh rugi para pelaku bid’ah, padahal mereka beribadah mengharapkan pahala,
akan tetapi malah justru mendapatkan laknat.
.
2. Pelaku bid’ah akan semakin jauh dari Allah Ta’ala.
.
Tujuan dari ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala (taqorrub
ilallah). Namun dengan berbuat bid’ah justru malah sebaliknya akan menjadikan
jauh dari Allah Ta’ala.
.
Sebagaimana yang di riwayatkan dari Ayyub As-Sikhtiyani, salah seorang tokoh
tabi’in, bahwa beliau mengatakan :
.
مَا ازْدَادَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اِجْتِهَاداً، إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْداً
– (حلية الأولياء، ج 1/ص 392).
.
“Semakin giat pelaku bid’ah dalam beribadah, semakin jauh pula ia dari Allah”.
(Hilyatul Auliya’, 1/392).
.
3. Pelaku bid’ah terhalang untuk mendapatkan syafa’at.
.
Pada sa’at menghadapi beratnya keada’an di hari kiamat nanti, semua manusia
membutuhkan syafa’at untuk menghilangkan penderita’an. Namun celaka bagi para
pelaku bid’ah, mereka justru akan di usir dan tidak akan mendapatkan syafa’at.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
أَلَا وَإِنَّ أَوَّلَ الْخَلَائِقِ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ
عَلَيْهِ السَّلَام أَلَا وَإِنَّهُ سَيُجَاءُ بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِي فَيُؤْخَذُ
بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أَصْحَابِي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا
تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ – (متفق عليه).
.
“Sesungguhnya manusia pertama yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah
Ibrahim ‘alaihissalam. Ingatlah, bahwa nanti akan ada sekelompok umatku yang dihalau
ke sebelah kiri, maka kutanyakan : Ya Rabbi, mereka adalah sahabatku ? Akan
tetapi jawabannya ialah : Kamu tidak tahu yang mereka ada-adakan
sepeninggalmu”. (Muttafaq ‘Alaih).
.
4. Pelaku bid’ah akan menanggung dosa orang yang mengikutinya.
.
Kecelaka’an lainnya dari para pelaku bid’ah adalah di bebankannya kepada mereka
sebagian dari dosa-dosa orang-orang yang di sesatkannya.
.
– Allah Ta’ala berfirman :
.
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ
الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ
.
“(ucapan mereka) Menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan
sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka
sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan)”. (QS.
An-Nahl: 25).
.
– Allah Ta’ala juga berfirman :
.
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
.
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban
(dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka
akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan”. (QS.
Al-Ankabut: 13).
.
Imam Mujahid berkata : “Mereka memikul beban-beban dosa mereka, dan dosa-dosa
orang yang menta’ati mereka, dan hal itu tidak meringankan siksa terhadap orang
yang menta’ati mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ankabut: 13).
.
Ayat-ayat di atas di tujukan kepada orang-orang kafir namun hakekatnya di
tujukan kepada siapapun secara umum. Yaitu mereka yang menyesatkan manusia,
maka akan menanggung sebagian dari dosa-dosa orang-orang yang di sesatkannya.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مثلُ آثَامِ مَنِ
اتَّبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ من آثامهم شيئًا
.
“Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, dia akan mendapatkan dosanya
semisal dengan dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya, tanpa mengurangi dosa
mereka sedikit pun”. (HR. Muslim no 1017).
.
5. Pelaku bid’ah sangat sulit untuk bertaubat.
.
Masih beruntung bagi setiap manusia ketika melakukan perbuatan dosa kemudian
menyadari dan bertaubat lalu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya. Namun
ternyata para pelaku bid’ah mereka akan sangat sulit untuk bertaubat.
.
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
إِنَّ اللهَ حَجَزَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ – (رواه أبو الشيخ
والطبراني والبيهقي وغيرهم).
.
“Sesungguhnya Allah mencegah setiap pelaku bid’ah dari taubat”. (H.R. Abu
Syaikh dalam Tarikh Ashbahan, At Thabrani dalam Al Mu’jamul Ausath, Al Baihaqy
dalam Syu’abul Iman dan lainnya).
.
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الْأَهْوَاءُ
كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لَا يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلَا مَفْصِلٌ
إِلَّا دَخَلَهُ وَاللَّهِ يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ لَئِنْ لَمْ تَقُومُوا بِمَا
جَاءَ بِهِ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَغَيْرُكُمْ مِنْ
النَّاسِ أَحْرَى أَنْ لَا يَقُومَ بِهِ – (رواه أبو داود وأحمد وغيرهما بسند
حسن).
.
“Nanti akan muncul pada umatku sekelompok orang yang kerasukan bid’ah dan hawa
nafsu sebagaimana anjing kerasukan rabies, tak tersisa satu pun dari urat dan
sendinya melainkan telah kerasukan”. (H.R. Abu Dawud no 4597).
.
Para pelaku bid’ah di gambarkan dalam hadits di atas seperti anjing yang
terkena penyakit rabies. Maksudnya sangat sulit anjing yang terkena penyakit
rabies tersebut untuk di sembuhkan.
.
– Imam Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah (w. 161 H) berkata :
.
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ وَالْمَعْصِيَةُ
يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا
.
“Perbuatan bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiatan. Dan pelaku
kemaksiatan masih mungkin ia untuk bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan
pelaku kebid’ahan sulit untuk bertaubat dari kebid’ahannya”. (Riwayat
al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah, no. 238).
.
Sulitnya para pelaku bid’ah untuk bertaubat, dan kemudian meninggalkan
amalan-amalan atau acara-acara bid’ahnya, karena mereka meyakini bahwa
bid’ah-bid’ah yang di lakukannya sebagai amal ibadah.
.
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah berkata : “Ahlul bid’ah tidak akan bertaubat
selama ia menilai bahwa itu merupakan amalan yang baik. Karena taubat berpijak
dari adanya kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukan itu buruk. Sehingga dengan
itu ia bisa bertaubat darinya. Jadi, selama perbuatan itu dianggap baik padahal
pada hakikatnya jelek, maka ia tidak akan bertaubat dari perbuatan tersebut.
Akan tetapi taubat adalah sesuatu yang mungkin (dilakukan) dan terjadi, yaitu
jika Allah Subhanahu wata’ala memberikan hidayah dan bimbingan kepadanya hingga
ia dapat mengetahui kebenaran”. (At Tuhfatul Iraqiyyah, Syaikhul Islam ibnu
Taimiyah).
.
Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata : ”Rujuknya ahli bid’ah dari
kesesatannya adalah hal yang paling sulit bagi mereka, karena mereka menganggap
bahwa bid’ah yang mereka lakukan adalah bagian dari agama, mereka bertaqarrub
kepada Allah dengan bid’ah tersebut. Ini yang mendorong mereka sulit bertaubat,
menentang dan bahkan sombong”. (Fadhilatus Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al
Madkhali-Twit Ulama).
.
Bagaimana para pelaku bid’ah punya keinginan untuk bertaubat, sementara
bid’ah-bid’ah yang di lakukannya di yakini sebagai ibadah.
.
Bukankah taubat itu berawal dari kesadaran, bahwa apa yang dilakukannya sebagai
perbuatan dosa ?, sementara para pelaku bid’ah memandang segala rupa bid’ah
yang di lakukannya sebagai amal saleh untuk mendekatkan diri kepada Allah
Ta’ala.
.
6. Pelaku bid’ah akan di usir dari telaga Al-Haud pada hari kiamat.
.
Pada hari kiamat manusia akan di giring dan di kumpulkan di Mauqif (Padang
mahsyar). Sa’at itu manusia mengalami penderita’an yang berat sesuai dengan
amal buruk yang mereka lakukan di dunia. Pada sa’at itu Allah Ta’ala
menyediakan telaga (Al-Haudh) kepada setiap para Nabi supaya umatnya bisa minum
dari setia telaga tersebut untuk menghilangkan penderita’an mereka.
.
Telaga yang diperuntukkan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam airnya
lebih putih daripada susu, lebih manis dari madu, lebih harum daripada minyak
kesturi, panjang dan lebarnya sejauh perjalanan sebulan, bejana-bejananya
seindah dan sebanyak bintang di langit. Maka kaum Mukminin dari ummat beliau
akan meminum seteguk air dari Al-Haudh (telaga) ini, maka ia tidak akan merasa
haus lagi setelah itu selamanya.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَوْضِي مَسِيرَةُ
شَهْرٍ مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ
وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا
.
“Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dibandingkan minyak misik.
Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit. Barang siapa minum darinya; niscaya
ia tidak akan pernah merasa dahaga selamanya”. (HR. Bukhari no: 7579 dan Muslim
no: 2292).
.
Itulah telaga (Al-Haud) yang di peruntukkan untuk umat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Namun ternyata tidak semua umat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dapat minum di telaga tersebut. Ada sebagian dari umat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang justru akan di usir supaya
menjauh. Diantara mereka yang di usir adalah para pelaku bid’ah.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
أَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا
يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ
قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا – (رواه مسلم وابن ماجه وأحمد)
.
“Aku akan mendahului kalian menuju telaga. Sungguh, akan ada beberapa orang
yang dihalau dari telagaku sebagaimana dihalaunya onta yang kesasar. Aku
memanggil mereka : “Hai datanglah kemari…!” namun dikatakan kepadaku : “Mereka
telah mengganti-ganti (ajaranmu) sepeninggalmu”. Maka kataku : “Menjauhlah
kesana… menjauhlah kesana (kalau begitu)”. (HR. Muslim no 249, Ibnu Majah no
4306).
.
Begitulah keada’an mereka para pelaku bid’ah di Padang Mahsyar. Sa’at mereka
menderita menahan dahaga dan ketika hendak minum dari Telaga Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mereka di halau seperti unta.
.
7. Pelaku bid’ah dikhawatirkan akan mati dalam keada’an Suu’ul Khatimah.
.
Ketika seorang manusia tutup usia, sangat penting baginya mati dalam keada’an
baik (khusnul khotimah). Dan apabila sebaliknya, yaitu mati dalam keada’an
buruk, sedang bermaksiat kepada Allah Ta’ala (suu’ul khotimah) maka kecelaka’an
yang akan menimpa baginya.
.
Para pelaku bid’ah adalah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Mereka seolah-olah merasa tidak puas dengan syari’at yang sudah di tetapkan
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal agama Islam sudah sempurna. Sehingga mereka
membuat cara-cara baru dalam ibadah yang tidak pernah Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya ajarkan. Dan mereka menganggap segala macam yang mereka ada-adakannya
sebagai bentuk sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala (taqorrub ilallah).
Maka sangat dikhawatirkan bagi mereka mati dalam keada’an sedang bermaksiat
(suu’ul khotimah) yaitu menyelisihi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
.
8. Wajah pelaku bid’ah akan menghitam di hari kiamat.
.
Wajah umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kelak di hari kiamat akan
putih berseri-seri. Namun tidak demikian dengan wajah para pelaku bid’ah, wajah
mereka hitam legam.
.
Allah Ta’ala berfirman :
.
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
.
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula yang
hitam muram”. (QS. Ali ‘Imran: 106).
.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
.
يَعْنِي: يَوْمَ الْقِيَامَةَ، حِيْنَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ أَهْلِ السُّنَّةِ
وَالْجَمَاعَةِ، وَتَسْوَدُّ وُجُوْهُ أَهْلِ الْبِدْعَةِ وَالُفُرُقَة -ِ {تفسير
ابن كثير – (ج 2 / ص 92)}.
.
“Yaitu : hari kiamat, ketika wajah ahlussunnah wal jama’ah putih berseri,
sedangkan wajah ahlul bid’ah wal furqah hitam legam”. (Tafsir Ibnu Katsier,
2/92. Oleh Abul Fida’ Ibnu Katsier, tahqiq: DR. Sami Muhammad Salamah, cet.2,
th. 1420/1999, Daarut Taybah).
.
9. Pelaku bid’ah dikhawatirkan terjerumus ke dalam kekafiran
.
Para ulama dari dahulu sampai sa’at ini berbeda pendapat tentang kafir tidaknya
sejumlah firqah ahlul bid’ah, seperti khawarij, qadariyyah dan yang lainnya.
Hal ini didukung oleh dhahir ayat yang berbunyi :
.
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي
شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا
يَفْعَلُونَ
.
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah)
menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap
mereka”. (QS. Al An’am: 159).
.
Diantara mereka ada yang jelas-jelas mengkafirkan firqah bid’ah tertentu
seperti batiniyyah dan yang lainnya. Jika ada ulama yang berselisih tentang
suatu perkara, apakah ia dihukumi kafir atau tidak ? Tentunya setiap orang yang
berakal akan merinding untuk ditempatkan di persimpangan yang sarat marabahaya
seperti ini. Siapa yang rela kalau ada orang yang mengatakan kepadanya :
“Sesungguhnya para ulama berselisih pendapat mengenaimu; apakah kamu telah
kafir, atau sekedar sesat ?” Atau yang mengatakan : “Sesungguhnya ada sebagian
ulama yang mengkafirkan kamu dan menganggap darahmu halal…?!” tentunya tak
seorang pun mau dikatakan seperti itu. (Mukhtasar Al I’tisham, hal 38).
.
Itulah beberapa akibat buruk dari melakukan kebid’ahan. Alangkah berat dan menghinakan
balasan yang akan diperoleh oleh para pelaku bid’ah, sungguh sudah selayaknya
mereka renungkan amalan dan acara-acara bid’ah yang selalu mereka kerjakan.
Cukuplah dengan syari’at yang sudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ajarkan. Karena tidak ada satupun cara yang akan bisa menyampaikan menuju surga
melainkan semuanya sudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan
kepada umatnya.
.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
.
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنْ الْجَنَّة وَيُبَاعِدُ مِنْ النَّار إِلَّا
وَقْدٌ بَيْنَ لَكُمْ
.
“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada surga dan
menjauhkan dari neraka, kecuali sudah dijelaskan semuanya kepada kalian”. (HR.
Thobroni dalam Al Mu’jamul Kabir 1647).
.
Semoga bermanfa’at.
.
.
با رك الله فيكم
.
By : Дδµ$ $@ŋţ๏$ą $๏๓ąŋţяί
.
.
No comments:
Post a Comment