BALASAN BAGI PARA PELAKU BID’AH
RENUNGAN SURAT AL AHZAB 67-68 DAN SURAT AL FURQON 27-28
بسم الله الرحمن الرحیم
PENYESALAN YANG TELAH TERLAMBAT
Dalam dunia ini banyak orang-orang yang enggan, malas belajar agama, tidak pakai nalar dan logika sehat hingga hanya mau terima bersih dengan taklid buta ikut imam, ustadz, pak kyai, anjengan, buya, dst.
Ketika orang yang di elukan sesat merekapun turut tersesat, orang yang disanjung setinggi langit menyeru ke neraka, para jama’ah setia menemani sang pemimpin ke neraka.
Setiba di neraka barulah tangisan penyesalan sia-sia tak berguna, karena “nasi telah menjadi bubur”. Mereka akan protes minta pada Allah agar yang dahulu mereka panuti dan ikuti dibenamkan dalam kerak neraka dan diazab berlipat ganda atas perbuatan mereka yang telah menyesatkan para pendukung dan pengikut.
Allah berfirman:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ًًً، رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا [الأحزاب : 68]
Mereka berkata: ”duhai Tuhan, kami sungguh dahulu (di dunia) mematuhi para pemimpin kami dan para pembesar kami, maka merekalah yang telah menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Duhai Tuhan kami berilah mereka Azab dua kali lipat dari apa yang kami rasakan dan laknatlah mereka laknat yang besar..” (QS:Al -Ahzab :67-68)
Jalan keselamatan adalah mengikut jejak Rasulullah Nabi yang maksum, bukan mem”bebek” ikut figur yang belum tentu selamat dari kesalahan dan penyimpangan. Apapun gelar kehormatan yang disematkan padanya.
Cara beragama yang salah adalah dengan menjadikan sosok manusia tertentu seolah Nabi yang tak pernah salah, mematuhi dan mengikutinya secara membabi-buta, membangun loyal cinta dan benci di atas dirinya, tanpa melihat dalil dan rambu syariat.
Siapa yang jadi musuhnya dimusuhi..
siapa yang menjadi sahabat dan kecintaannya dicintai..
bila ia teriakkan “perang” maka mereka setia berperang untuknya, bahkan rela mati dan menukar darahnya..
Di hari kiamat nasib mereka akan persis sebagaimana digambarkan Allah dalam kitabNya:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بعد إذ جاءني } الآية. الفرقان ٢٧-٢٨
“Ingatlah pada hari orang-orang zalim menggigit kedua tangannya dan berkata menyesal: ”duhai sekiranya dulu aku mengambil jalan kebenaran bersama Rasul, Duhai kalaulah sekiranya dulu aku tidak menjadikan si fulan idola dan kekasihku, sungguh dia telah menyesatkanku setelah petunjuk Rasul datang padaku..” (QS: Alfurqan: 27-28)
Titel dan gelar akademi LC, MA, DR, bukanlah jaminan seseorang telah benar, tak mungkin keliru dan salah. Sebagaimana gelar yang di berikan masyarakat seperti ustadz, kyai Imam besar, habib, dan semisalnya juga tidak pernah menjadi standar pemiliknya harus benar dan diatas jalan yang lurus.
Tolok ukur benar salah adalah dalil dari kitab Allah dan Sunnah Rasul yang sahih, yang dipahami oleh para sahabat, tabi’in dan para pengikut cara beragama mereka hingga akhir zaman.
Siapapun yang menyelisihi dalil dan cara beragama mereka, campakkan jauh-jauh dari benakmu.. niscaya kau akan selamat.
Karena itu selalu ikut dalil, pakai nalar yang sehat, hindari perasaan dalam beragama, apalagi taklid buta.. Wallahul musta’an..
------
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى
TIRULAH CARA BERAGAMANYA ORANG-ORANG YANG TELAH DIJAMIN MASUK SURGA
Abdullah Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:
من كانَ منكم مُتأسياً فليتأسَّ بأصحابِ رسول ِاللهِ صلى اللهُ عليهِ وسلمَ, فإنهم كانوا أبرَّ هذهِ الأمةِ قلوباً، وأعمقـُها عِلماً، وأقلـُّهَا تكلـُّفَا، وأقومُها هَديَا، وأحسنـُها حالاً، اختارَهُمُ اللهُ لِصُحبةِ نبيِّهِ صلى اللهُ عليهِ وسلمَ وإقامَةِ دينِهِ، فاعرفوا لهم فضلـَهُم، واتـَّبـِعُوهم في آثارِهِم، فإنهم كانوا على الهُدى المُستقيم
“Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Karena merekalah orang yang paling baik hatinya diantara umat ini, paling mendalam ilmu agamanya, umat yang paling sedikit dalam berlebihan-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jalan mereka. Karena mereka semua berada pada shiratal mustaqim (jalan yang lurus)” [Tafsir Al Qurthubi (1/60)].
Beliau juga berkata:
“Allah Ta’ala memperhatikan hati-hati hambanya, lalu Ia memilih Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan mengutusnya dengan risalah. Allah Ta’ala memperhatikan hati-hati manusia, lalu Ia memilih para sahabat Nabi, kemudian menjadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya dan pembela agama-Nya. Maka segala sesuatu yang dipandang baik oleh kaum Mu’minin -yaitu Rasulullah dan para sahabatnya-, itulah yang baik di sisi Allah. Maka segala sesuatu yang dipandang buruk oleh kaum Mu’minin,itulah yang buruk di sisi Allah” [HR. At Thabrani].
Semoga kita diberikan hati yang mampu membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.
TAFSIR SURAT AN-NASHR
Allah Ta’ala berfirman:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (QS. An Nashr : 1)
Faedah dari ayat ini:
1. Kata al-fath dalam ayat ini maksudnya adalah Fathu Makkah. Yaitu, ditaklukkannya kota Mekah setelah kaum Muslimin hijrah ke Madinah dan tidak bisa masuk ke Mekah, bahkan untuk berhaji dan berumrah.
2. Para ulama khilaf apakah surat ini turun sebelum Fathu Makkah atau setelahnya. Ibnu Rajab menguatkan bahwa surat ini turun sebelum Fathu Makkah. Sehingga surat ini merupakan kabar gembira dari Allah Ta’ala bagi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat bahwa mereka akan bisa menaklukkan kota Mekah.
3. Nashrullah (pertolongan Allah) di sini maksudnya adalah pertolongan Allah bagi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat dalam peperangan untuk menaklukkan musuh-musuh mereka, di antaranya suku Quraisy dan Bani Hawazin.
4. Pertolongan dan kemenangan itu dari Allah. Maka kita meminta hanya kepada Allah dan hanya didapatkan dengan bertakwa kepada Allah. Bukan dengan menghalalkan segala cara.
5. Surat ini juga dinamakan juga dengan surat at-Taudi’ (perpisahan). Karena turunnya surat ini adalah salah satu tanda akan wafatnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لِمَ تُدْخِلُ هَذَا الفَتَى مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ؟ فَقَالَ: «إِنَّهُ مِمَّنْ قَدْ عَلِمْتُمْ» قَالَ: فَدَعَاهُمْ ذَاتَ يَوْمٍ وَدَعَانِي مَعَهُمْ قَالَ: وَمَا رُئِيتُهُ دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ مِنِّي، فَقَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نَدْرِي، أَوْ لَمْ يَقُلْ بَعْضُهُمْ شَيْئًا، فَقَالَ لِي: يَا ابْنَ عَبَّاسٍ، أَكَذَاكَ تَقُولُ؟ قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَمَا تَقُولُ؟ قُلْتُ: هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ اللَّهُ لَهُ: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ فَتْحُ مَكَّةَ، فَذَاكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ: فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا. قَالَ عُمَرُ: «مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَعْلَمُ»
‘Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahuma, ia berkata, “Suatu hari ‘Umar mengundangku bersama dengan para senior perang Badar. Sebagian dari mereka berkata, “Mengapa kamu mengundang pemuda ini bersama kita sedangkan kita juga memiliki anak-anak seusianya?” Dia berkata, ”Sesungguhnya dia adalah orang yang sudah kalian ketahui.” Suatu hari dia mengundang mereka dan mengundangku juga bersama mereka. Seingatku, ‘Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas ‘Umar bertanya, “Bagaimana komentar kalian tentang ayat (yang artinya), “Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan datang (1) dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (2) -hingga akhir surat. (QS. An-Nashr: 1-3). Sebagian sahabat berkomentar (menafsirkan ayat tersebut), “Tentang ayat ini, setahu kami, kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan.” Sebagian lagi berkomentar, “Kalau kami tidak tahu.” Atau bahkan, tidak ada yang berkomentar sama sekali. Lantas ‘Umar bertanya kepadaku, “Wahai Ibnu ‘Abbas, beginikah kamu menafsirkan ayat tadi?” “Tidak”, jawabku. “Lalu bagaimana tafsiranmu?” tanya ‘Umar. Ibnu ‘Abbas menjawab, “Surat tersebut adalah pertanda wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah dekat. Allah memberitahunya dengan ayatnya: “Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’, itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad), karenanya “Bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat.” ‘Umar berkata, “Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu ‘Abbas) ketahui.”’ (HR. Bukhari, no. 4294)
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
“Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” (QS. An-Nashr : 2)
Faedah dari ayat ini:
1. Setelah Fathu Makkah, banyak orang-orang yang masuk Islam secara berbondong-bondong dalam jumlah besar, seperti penduduk Mekah, Thaif, Yaman, Bani Hawazin dan suku-suku Arab.
2. Sebelum Fathu Makkah, orang masuk Islam dengan sembunyi-sembunyi dan orang per orang.
3. Dalam dua tahun, Jazirah Arab sudah tersirami oleh keimanan dan tidak ada simbol di seluruh suku Arab, kecuali simbol Islam (Tafsir Ibnu Katsir).
4. Bangsa Arab berkata: “Bila Muhammad berhasil mengalahkan para penduduk kota suci (Mekah), padahal dulu penduduk Mekah dilindungi oleh Allah dari pasukan Gajah, maka tidak ada kekuatan bagi kalian (untuk menahannya). Maka mereka pun memeluk Islam secara berbondong-bondong.” (Tafsir Qurthubi)
5. Bangkitnya Islam diperoleh dengan dengan perjuangan yang tidak sebentar dan kesabaran. Dan Allah sudah janjikan akan menangkan kaum Muslimin jika mereka bersabar. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ
“Ketahuilah sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran.” (HR. Tirmidzi, shahih)
‘Umar bin Khaththab bertanya kepada para pemuka dari Bani ‘Abbas :
بِمَ قَاتَلْتُمُ النَّاسَ؟ قَالُوا: بِالصَّبْرِ، لَمْ نَلْقَ قَوْماً إِلّاَ صَبَرْنَا لَهُمْ كَمَا صَبَرُوا لَنَا
“Apa rahasia kemenangan kalian (dalam perang-perang)?” Mereka menjawab “Dengan kesabaran. Tidaklah kami bertemu suatu kaum dalam peperangan, kecuali kami bersabar terhadap mereka sebagaimana mereka bersabar kepada kami.”” (Ibnu Rajab dalam Jami’u al-’Ulum wal Hikam, 1/488)
Allah Ta’ala berfirman:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr : 3)
Faedah dari ayat ini:
1. Perintah untuk memperbanyak tasbih, yaitu ucapan “Subhanallah” dan memperbanyak istigfar, yaitu ucapan “astaghfirullah”.
2. Maksud ayat ini adalah: “Jika engkau shalat, maka perbanyaklah dengan cara memuji-Nya atas limpahan kemenangan dan penaklukan kota Mekah. Mintalah ampunan kepada Allah”. Karena setelah turun ayat ini, Nabi banyak membacanya dalam ruku dan sujudnya :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى
“Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, pujian untuk-Mu, ampunilah aku.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Tafsir as-Sa’di)
3. Sebagian sahabat Nabi memaknai ayat ini: “Allah memerintahkan kami untuk memuji dan memohon ampunan kepada-Nya, manakala pertolongan Allah telah tiba dan sudah menaklukkan (daerah-daerah) bagi kita.” (Tafsir al-Qurthubi)
4. Merayakan kemenangan dan mensyukurinya bukan dengan foya-foya dan berbuat yang tidak bermanfaat. Namun, dengan memperbanyak ibadah serta taubat kepada Allah.
5. Allah Ta’ala itu tawwab, artinya banyak menerima taubat. Tidak hanya satu taubat. Betapapun seringnya manusia berbuat kesalahan, bahkan kesalahan sama yang berulang-ulang, Allah Ta’ala tetap menerima taubatnya manakala ia selalu bertaubat dengan taubat nasuha.
Wallahu a’lam.
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.or.id