Istighfar, Sebab Kemudahan Rezeki dan Turunnya Hujan

Belum Seluruh Wilayah Indonesia Masuki Musim Hujan, Ini Kata BMKG ...By : Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -

Jangan dikira bahwa dengan ucapan yang sederhana saja, rezeki mudah datang dan hujan mudah Allah turunkan. Ucapan yang sederhana tersebut adalah ucapan istighfar. Dengan memohon ampun pada Allah dan tinggalkan maksiat, niscaya pintu rezeki akan terbuka dan hujan pun akan diturunkan dengan deras.

Ayat inilah yang bisa diambil pelajaran,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan mengenai ayat di atas, “Tinggalkanlah dosa, beristighfarlah pada Allah atas dosa yang kalian perbuat. Sungguh Allah itu Maha Pengampun. Dosa yang begitu banyak akan dimaafkan oleh Allah. Maka hendaklah mereka segera memohon ampun pada Allah meraih pahala dan hilanglah musibah. Allah pun akan memberikan karunia yang disegerakan di dunia dengan istighfar tersebut yaitu akan diturunkan hujan dengan deras dari langit, juga akan dikarunia harta dan anak yang diharapkan. Begitu pula akan diberi karunia kebun dan sungai di antara kelezatan dunia.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 889). Itulah faedah istighfar dan meninggalkan dosa atau maksiat.

Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.

أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة

“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian setelah itu Al Hasan Al Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 11: 98)

Juga dapat kita lihat dari perkataan sahabat mulia Umar bin Al Khottob berikut.

Dari Asy Sya’bi, ia berkata, “’Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu suatu saat meminta diturunkannya hujan, namun beliau tidak menambah istighfar hingga beliau kembali, lalu ada yang mengatakan padanya, ”Kami tidak melihatmu meminta hujan.” ‘Umar pun mengatakan, “Aku sebenarnya sudah meminta diturunkannya hujan dari langit”. Kemudian ‘Umar membaca ayat,

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا, يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat”

Umar pun lantas mengatakan,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Rabb kalian. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan pada kalian hujan lebat dari langit.” (HR. Al Baihaqi 3: 352)

Ketika menjelaskan surat Nuh di atas, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Jika kalian meminta ampun (beristigfar) kepada Allah dan mentaati-Nya, niscaya kalian akan mendapatkan banyak rizki, akan diberi keberkahan hujan dari langit, juga kalian akan diberi keberkahan dari tanah dengan ditumbuhkannya berbagai tanaman, dilimpahkannya air susu, dilapangkannyaharta, serta dikaruniakan anak dan keturunan. Di samping itu, Allah juga akan memberikan pada kalian kebun-kebun dengan berbagai buah yang di tengah-tengahnya akan dialirkan sungai-sungai.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 388)

Mengenai ayat di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, “Maksud ayat niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, yaitu Allah akan menurunkan hujan dengan ucapan istighfar tersebut. Oleh karenanya, dianjurkan ketika shalat istisqa’ (shalat minta hujan) untuk membaca surat Nuh ini.” (Idem, 7: 387)

    Jadi, dengan istighfar dan meninggalkan dosa, musibah akan terangkat, datang kemudahan rezeki, dan mudah hujan untuk turun.

Semoga Allah memberi taufik untuk terus memperbanyak istighfar.


Disusun saat Allah menyapu abu vulkanik dengan karunia hujan @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 19 Rabi’uts Tsani 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/6587-istighfar-sebab-kemudahan-rezeki-dan-turunnya-hujan.html

Share:

Tafsir Surah An-Nuur Ayat #43-45

Kementerian Komunikasi dan Informatika
Allah Ta’ala berfirman,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nuur: 43-45)
Penjelasan ayat :

 Turunnya hujan

Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya, tidakkah engkau menyaksikan dengan penglihatanmu, bagaimanakah besarnya kuasa Allah, di mana awan diarak dan itu secara terpisah-pisah, lalu disatukan kembali, akhirnya menjadi bertindih-tindih hingga seperti gunung. Kemudian terlihat hujan keluar dari celah-celahnya, berupa hujan yang lebat. Hujan itu keluar tetes demi tetes secara terpisah. Hujan itu membawa manfaat tanpa memberikan mudarat. Hujan itu mengisi sungai kecil, lalu sungai besar, hingga memenuhi lembah. Hujan tersebut membuat tanah jadi subur dengan berbagai tanaman yang indah. Kadang Allah menurunkan butiran es yang sifatnya bisa merusak apa yang menimpa. Hujan itu turun tergantung kehendak Allah, dan Allah bisa jauhkan dari yang lainnya. Akhirnya ada kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.

Bukankah Allah yang menurunkannya pada setiap hamba yang berbeda-beda. Allah turunkan untuk mendatangkan manfaat, dari hujan itu pula menghilangkan mudarat atau kesusahan. Itulah qudrah (kemampuan) Allah yang sempurna. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Hal itu pula yang menunjukkan luasnya rahmat Allah.

Pergantian malam dan siang

Allahlah yang mempergantikan malam dan siang, yaitu beralih dari panas menjadi dingin, dari dingin menjadi panas, dari malam menjadi siang, lalu siang menjadi malam. Berlalulah hari demi hari yang dirasakan oleh hamba. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan, yaitu yang punya penglihatan dan akal untuk menangkap hal-hal yang tampak.

Setelah menyebut perkataan di atas, Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Orang yang melihat (al-bashiir) adalah yang memandang makhluk dengan pandangan untuk mengambil pelajaran, merenung, dan mentadabburi. Sedangkan orang yang bodoh memandangnya tanpa ada rasa apa pun (pandangan orang ghaflah atau lalai), layaknya hanya seperti memandangi hewan ternak.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 601)

Allah menciptakan hewan dari air

Dalam ayat selanjutnya disebutkan, “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air.”

Sumber penciptaan hewan itu dari air sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya,

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al-Anbiya’: 30)

Maka hewan itu sumbernya dilahirkan dari air mani, lalu terjadi perkawinan dari mani jantan dan betina. Jadi hewan asalnya satu, lalu setelah itu berkembang dengan berbagai macam bentuk.

Lalu disebutkan maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya seperti ular, dan sebagian berjalan dengan dua kaki seperti manusia dan berbagai jenis burung, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki, seperti hewan ternak.

Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sebagaimana hujan juga asalnya satu, lalu berkembang menjadi macam-macam tanaman. Dalam ayat disebutkan,

وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ra’du: 4)

Baca Juga: Doa Ketika Hujan Deras
Ada tempat yang diberi hujan, ada yang tidak

Allah Ta’ala berfirman,

فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ

“maka ditimpakan-Nya hujan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.”

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi mengatakan ada dua tafsiran”

    Hujan itu diturunkan sebagai bentuk rahmat dari Allah, hujan ditunda karena sebagai bentuk siksa dari Allah.
    Hujan besar diturunkan untuk menghancurkan buah-buahan, tanaman, dan pepohonan; lantas yang lainnya dipalingkan dari hujan besar seperti ini.

Referensi:
At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Surah An-Nuur fii Sual wa Jawab. Cetakan kedua, Tahun 1423 H. Syaikh Abu ‘Abdillah Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/22807-faedah-surat-an-nuur-37-allah-mengatur-hujan-malam-siang-serta-menciptakan-hewan.html

Share:

Kenapa pohon kurma itu bisa menangis? Berikut kisahnya …

Filosofi Pohon Kurma – Think Know DoJabir radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdiri di atas sebatang pohon kurma ketika berkhutbah. Setelah dibuatkan mimbar, kami mendengar sesuatu pada batang pohon kurma tersebut seperti suara teriakan unta yang bunting. Sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turun, lalu meletakkan tangannya pada batang kurma tersebut. Setelah itu, batang pohon itu pun diam.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Ketika hari Jum’at, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas mimbar. Lalu batang kurma yang biasa beliau berkhutbah di sana itu berteriak, hampir-hampir batang kurma itu terbelah.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Lalu batang kurma itu berteriak seperti teriakan anak kecil. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turun lalu memegangnya dan memeluknya. Setelah itu, mulailah batang pohon itu mengerang seperti erangan anak kecil yang sedang diredakan tangisannya sampai ia terdiam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,

بَكَتْ عَلَى مَا كَانَتْ تَسْمَعُ مِنَ الذِّكْرِ

“Ia menangis karena dzikir yang dulu biasa ia dengar.” (HR. Bukhari no. 2095. Disebutkan dalam Riyadh Ash-Shalihin karya Imam Nawawi pada hadits no. 1831)


Tangisan Pohon Kurma, Tanda Mukjizat Nabi

Kisah tangisan pohon kurma merupakan kisah yang benar-benar nyata yang diketahui dari khalaf (yang belakangan) dari salaf (yang sebelumnya ada). Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata bahwa ini merupakan tanda kalau benda seperti batang kurma yang tidak bergerak memiliki perasaan seperti hewan, bahkan lebih unggul dari beberapa hewan yang lebih cerdas. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala di mana sebagian ulama maknakan secara tekstual,

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)

Ibnu Abi Hatim telah menukilkan dari Manaqib Asy-Syafi’i, dari bapaknya, dari ‘Amr bin Sawad, dari Imam Asy-Syafi’i, ia berkata,

مَا أَعْطَى اللَّه نَبِيًّا مَا أَعْطَى مُحَمَّدًا

“Allah tidaklah pernah memberikan sesuatu kepada seorang Nabi seperti yang diberikan pada Nabi Muhammad.”

Aku (Ibnu Abi Hatim) berkata, “Nabi ’Isa diberi mukjizat bisa menghidupkan yang mati.” Imam Syafi’i berkata, “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi mukjizat bisa mendengar suara rintihan batang kurma yang menangis (karena ia tidak mendengar lagi dzikir yang dibaca Nabi ketika Nabi beralih menggunakan mimbar, pen). Mukjizat ini lebih luar biasa dari mukjizat yang diberikan pada Nabi Isa.” (Fath Al-Bari, 6: 603)


Rintihan Pohon Kurma Karena Ditinggal Nabi

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin berkata, ketika seorang wanita Anshar membuatkan mimbar lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di atasnya, maka batang pohon kurma yang biasa dipakai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berkhutbah pun menangis. Pohon tersebut kadang berteriak seperti keadaan unta yang sedang bunting, kadang pula seperti rintihan anak kecil yang menangis. Pohon tersebut menangis karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lagi berkhutbah di sisinya. Allahu akbar … Benda yang diam seperti itu merintih dan menangis karena ditinggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekarang ajaran-ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditinggalkan, tak ada satu pun yang merintih.

Semoga Allah menolong kita sekalian untuk senantiasa berdzikir, bersyukur, dan terus memperbagus ibadah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun turun, lantas pohon kurma tersebut terdiam. Nabi mendiamkannya seperti seorang ibu mendiamkan anaknya padahal itu hanyalah sebuah batang yang tidak bergerak.

Dari sini menunjukkan bahwa ada dua mukjizat Nabi: (1) rintihan pohon kurma setelah ditinggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena tidak dipakai lagi untuk tempat berkhutbah, (2) dengan turunnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memeluk batang kurma tersebut akhirnya menjadi diam dari tangisan atau teriakannya. (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 6: 641)


Pohon Kurma Menangis Karena Cinta dan Rindu pada Nabinya, Bagaimana dengan Kita Manusia?

Perlu diketahui, mukjizat itu ada dua macam:

    Mukjizat yang masih taraf kemampuan manusia, namun tidak bisa dilakukan lalu Allah wujudkan tanda akan benarnya Nabi tersebut. Contoh, Zakariya yang baru memiliki keturunan di masa tua.
    Mukjizat yang di luar kemampuan manusia dan tidak bisa dilakukan yang semisalnya. Contoh, rintihan pohon kurma yang cinta pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan begitu merindukan ketika berpisah dengan beliau. (Kunuz Riyadh Ash-Shalihin, 21: 465)

Ada perkataan yang bagus dari Al-Hasan Al-Bashri ketika ia menyebutkan hadits rintihan pohon kurma ini, ia berkata,

يَا مَعْشَر الْمُسْلِمِينَ الْخَشَبَة تَحِنّ إِلَى رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَوْقًا إِلَى لِقَائِهِ فَأَنْتُمْ أَحَقّ أَنْ تَشْتَاقُوا إِلَيْهِ

“Wahai kaum muslimin, batang kurma saja bisa merintih karena rindu bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalian harusnya lebih berhak rindu pada beliau.” (Fath Al-Bari, 6: 697)

Bukankah kita telah diperintahkan untuk mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari makhluk lainnya adalah wajib.

Ingatlah tanda cinta Allah adalah dengan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.” (QS. Ali Imran: 31)

Ibnu Katsir berkata mengenai ayat di atas,

هذه الآية الكريمة حاكمة على كل من ادعى محبة الله، وليس هو على الطريقة المحمدية فإنه كاذب في دعواه في نفس الأمر

“Ayat yang muliau ini menghakimi setiap yang mengakui mencintai Allah sedangkan ia tidak mau mengikuti petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia berarti telah berdusta dengan pengakuannya sendiri.”

Al-Hasan Al-Bashri dan sebagian ulama salaf lainnya,

زعم قوم أنهم يحبون الله فابتلاهم الله بهذه الآية

“Suatu kaum mengakui cinta pada Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat di atas.”

Semoga Allah beri tambahan ilmu yang bermanfaat dan semakin melembutkan hati.



Naskah Khutbah Jumat  11 Muharram 1437 H, di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/12176-kenapa-pohon-kurma-itu-bisa-menangis.html



A
Share:

Faedah Surat An-Nuur : Ternyata Burung dan Benda Mati Shalat dan Bertasbih

Burung Macau Merah adalah salah satu burung tercantik. By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

Tafsir Surah An-Nuur Ayat #41

 Allah Ta’ala berfirman,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) ibadah dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nuur: 41)
Penjelasan ayat

Yang dimaksud yusabbihu lahu (kepada-Nya bertasbih), maksudnya semua makhluk menyucikan Allah dari sifat-sifat kekurangan.

Yang dimaksud apa yang ada di langit dan di bumi (yang bertasbih) adalah malaikat, manusia, jin, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon, burung, lautan, dan segala yang ada di dalam langit dan bumi, pokoknya segala sesuatu yang jadi makhluk Allah, sampai pun benda-benda mati (al-jamaad).


Apa benar benda mati juga bertasbih?

Iya benar, sampai pun benda mati sebagaimana diterangkan dalam surah An-Nuur,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi.”

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ يُسَبِّحُهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، أَيْ: مِنَ الملاَئِكَةِ وَالأُنَاسيِ، وَالجَانِّ وَالحَيَوَانِ، حَتَّى الجَمَادِ

“Allah mengabarkan bahwa segala yang berada di langit dan di bumi dari malaikat, manusia, jin, dan hewan hingga benda mati, semuanya bertasbih kepada Allah.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:556)

Juga diterangkan dalam ayat lainnya tentang hal ini,

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44).

Benda mati (jamaadaat) itu memiliki idrok (perasaan) dan yang mengetahuinya adalah Allah. Inilah seperti yang disebutkan dalam ayat,

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 74)

Juga dalam ayat disebutkan,

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)

لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al-Hasyr: 21)


Burung pun bertasbih?

Burung yang mengembangkan sayapnya pun bertasbih sebagaimana dalam ayat di atas disebutkan,

وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ ۖ

“dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya.”

Maksudnya adalah burung pun sambil mengembangkan sayapnya sambil bertasbih pada Rabbnya dan menyembah-Nya.

Baca Juga: Nabi Daud Bertasbih pada Waktu Pagi dan Petang
Semua makhluk punya cara ibadah dan cara bertasbih

Adapun ayat,

كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ

“Masing-masing telah mengetahui (cara) ibadah dan tasbihnya.”
Pengertian pertama dari ayat ini:

Syaikh As-Sa’di mengatakan, “Setiap makhluk memiliki cara ibadah sesuai dengan keadaan mereka. Allah Ta’ala telah mengilhamkan bagaimana cara beribadah dan cara bertasbih, yaitu diberitahu lewat para utusan Allah yang diutus kepada kalangan jin, manusia, dan malaikat. Atau mereka diilhamkan oleh Allah secara langsung seperti makhluk lainnya (selain jin, manusia, dan malaikat). Inilah tafsiran yang lebih kuat tentang ayat ini.”
Pengertian kedua dari ayat ini:

Syaikh As-Sa’di mengatakan bahwa Allah mengetahui cara ibadah setiap makhluk. Sedangkan manusia (hamba Allah yang lain) tidaklah mengetahui hal ini kecuali yang Allah kabarkan. Ini sama seperti ayat,

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44).

Maka makhluk-makhluk tadi beribadah dan sangat butuh pada Allah, mereka mentauhidkan Allah dalam hal pengakuan Allah itu satu-satunya yang berkuasa (merajai jagat raya ini) dan mengaturnya.

Dua tafsiran ini, silakan ditelusuri dalam Tafsir As-Sa’di, hlm. 600. Ringkasnya, menurut tafsiran pertama, semua makhluk sudah mengetahui (setelah mendapatkan petunjuk dari Allah) bagaimanakah cara beribadah dan bertasbih kepada Allah. Menurut tafsiran kedua, Allah mengetahui bagaimanakah makhluk itu beribadah dan bertasbih, sedangkan makhluk yang lain tidak mengetahui hal ini. Tafsiran pertama pengertiannya kembali kepada makhluk-makhluk, sedangkan tafsiran kedua kembali kepada Allah.

Baca Juga: Karunia Allah dengan Amalan yang Dibalas Berlipat
Allah Maha mengetahui dan akan membalas

Dalam ayat disebutkan,

وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

“dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” Artinya, Allah mengetahui segala yang dilakukan oleh makhluk, tidak ada yang samar sedikit pun bagi Allah. Allah pun akan membalas apa yang makhluk kerjakan. Allah Maha Mengetahui di sini punya dua maksud: (1) Allah mengetahui apa yang dikerjakan manusia, (2) Allah mengetahui dengan membalas setiap amalan mereka. Demikian penjelasan Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya, hlm. 600.


Faedah ayat

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Shalat adalah ibadah yang paling penting. Mahasuci Allah dan Mahaagung, lihatlah sampai hewan pun shalat (ibadah). Karena Masing-masing telah mengetahui (cara) ibadah dan tasbihnya. Akan tetapi bentuk shalat tidaklah diketahui apakah sama dengan kita ataukah berbeda. Yang penting diketahui bahwa setiap makhluk itu shalat dan bertasbih dengan cara yang khusus. Allah telah mengajarkannya kepada mereka, bagaimanakah mereka shalat dan bertasbih, akhirnya mereka tahu caranya beribadah.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nuur, hlm. 288)

Semoga bermanfaat.



Referensi:

    At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Surah An-Nuur fii Sual wa Jawab. Cetakan kedua, Tahun 1423 H. Syaikh Abu ‘Abdillah Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
    Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nuur. C



Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/21875-faedah-surat-an-nuur-35-ternyata-burung-dan-benda-mati-shalat-dan-bertasbih.html
Share:

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

LISTEN QURAN

Listen to Quran

Popular Posts

Blog Archive

Recent Posts

Pages