AMALAN DI USIA SENJA

 Bioma Padang Rumput: Pengertian, Karakteristik, dan Jenis-jenisnya |  kumparan.com

Surah An-Nashr tanda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan wafat

Allah Ta’ala berfirman,

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An Nashr: 1-3)

Ada sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka. Seingatku, Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku.

Lantas Umar bertanya, “Bagaimana komentar kalian tentang ayat (yang artinya), “Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan datang (1) dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (2) –hingga ahkir surat. (QS. An Nashr: 1-3).

Sebagian sahabat berkomentar (menafsirkan ayat tersebut), “Tentang ayat ini, setahu kami, kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan.” Sebagian lagi berkomentar,

Kalau kami tidak tahu.” Atau bahkan tidak ada yang berkomentar sama sekali. Lantas Umar bertanya kepadaku, “Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu menafsirkan ayat tadi? “Tidak”, jawabku. “Lalu bagaimana tafsiranmu?”, tanya Umar. Ibnu Abbas menjawab,

Surat tersebut adalah pertanda wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah dekat. Allah memberitahunya dengan ayatnya: “Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’, itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu

(Muhammad), karenanya “Bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat.” Kata Umar, “Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui.”” (HR. Bukhari, no. 4294)

Dalam Riyadh Ash-Shalihin ketika membawa bahasan ini, Imam Nawawi rahimahullah memberikan judul Bab “Bab 12. Anjuran untuk Meningkatkan Amal Kebaikan pada Akhir Usia.”

Inilah yang menjadi fase kehidupan hingga ajal menjemput

Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian

 (dibiarkan kamu hidup) sampai tua. Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (QS. Al-Mukmin: 67)

Menurunnya fungsi tubuh

Masa tua adalah fase terakhir yang dihadapi manusia. Dalam ayat tadi disebutkan,

ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا

“kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua.”

Mengenai batasan usia tua, Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Syaikh (orang yang tua) adalah orang yang telah melewati 40 tahun.”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur umatku antara 60 hingga 70 dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.” (HR. Tirmidzi, no. 3550; Ibnu Majah, no. 4236. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Saat fase ini mulai datang, kekuataan fisik sedikit demi sedikit menurun, ketajaman mata mulai berkurang sehingga dibutuhkan alat bantu untuk melihat, daya ingat menurun, dan kulit mengendur serta guratan-guratan tanda penuaan pun muncul. Rambut-rambut putih sedikit demi sedikit menghiasai kepalanya. Penyakit-penyakit degeneratif pun banyak muncul pada fase ini.

Dalam surah Yasin disebutkan pula,

وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

“Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya?” (QS. Yaasiin: 68)

Ayat di atas semakna dengan ayat,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54)

Boleh minta panjang umur yang penting baik amalnya

Dari ‘Abdullah bin Busr, ada seorang Arab Badui bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapakah manusia yang paling baik. Jawaban Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“(Yang paling baik adalah) yang panjang umur dan baik pula amalnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2329; Ahmad, 4:190. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Jangan malah sudah di usia senja, pikirannya hanyalah harta

Dalam hadits disebutkan,

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَى حُبِّ اثْنَتَيْنِ حُبِّ الْعَيْشِ وَالْمَالِ

“Masih ada yang sudah berumur memiliki hati seperti anak muda yaitu mencintai dua hal: cinta berumur panjang (panjang angan-angan) dan cinta harta.” (HR. Muslim, no. 1046)

Dalam riwayat lain disebutkan,

يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ

“Ada yang sudah tua dari usia, namun masih bernafsu seperti anak muda yaitu dalam dua hal: tamak pada harta dan terus panjang angan-angan (ingin terus hidup lama).” (HR. Muslim, no. 1047)

Jangan malah makin tua, makin menjadi-jadi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan,

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

“Ada tiga golongan yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak membersihkan mereka, dan tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih: orang yang sudah tua tapi berzina, penguasa yang suka bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim, no. 172)

Tambah usia harusnya bertambah semakin baik

Dalam hadits disebutkan,

لَا يَتَمَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتُ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ. إِنَّهُ إِذَا مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ,  وَإِنَّهُ لَا يَزِيْدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا

“Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian. Dan jangan pula berdoa agar segera mendapat kematian sebelum kematian itu datang kepadanya. Sesungguhnya bila ia mati, maka terputuslah amalannya dan bahwa tidaklah usia seorang mukmin itu bertambah pada dirinya kecuali akan menambah kebaikan.” (HR. Muslim, No. 2682)

Bagaimana menghadapi usia tua?

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin (1:348) mengatakan, “Maka, seyogyanya orang yang usianya semakin menua untuk memperbanyak amal saleh. Meskipun, para remaja juga seharusnya demikian,

karena manusia tidak tahu kapan ia akan meninggal. Bisa saja, seorang pemuda meninggal pada usia mudanya atau ajalnya tertunda hingga ia tua. Akan tetapi, yang pasti, orang yang sudah berusia senja, ia lebih dekat kepada kematian, lantaran telah menghabiskan jatah usianya.”

AMALAN PADA USIA SENJA

 1. Lebih memerhatikan amalan-amalan wajib. Sebab, ibadah-ibadah yang bersifat wajib (fardhu) merupakan kewajiban yang bersifat individual yang harus ditegakkan

sendiri-sendiri oleh setiap Muslim dan Muslimah hingga ajal datang. Selain itu, amal-amal wajib adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala

 2. Menghindari hal-hal yang diharamkan oleh syariat.

 3. Menambah amalan-amalan sunnah.

 4. Banyak bertahmid, membaca istighfar, dan bertaubat.

 5. Memperbanyak amal-amal ringan, tapi berpahala besar, seperti berdzikir dan membaca shalawat.

 6. Rutin membaca dzikir pagi dan petang.

 7. Tetap aktif dalam thalabul ilmi (menghadiri majelis ilmu). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً

“Allah tidak akan menerima argumen kepada seseorang yang Allah tunda ajalnya hingga mencapai 60 tahun.” (HR. Bukhari, no.641)

 8. Rutin mempelajari Alquran dan mentadabburinya (merenungkannya) lewat bahasan ulama dalam kitab tafsir (yang tentu lebih mendalam dari sekadar Alquran terjemah).

 9. Berpesan kepada anak-anak dan keturunan agar menjadi saleh dan salehah, gemar mendoakan orang tua baik saat masih hidup atau setelah meninggal, dan membantu mentalqin orang tua ketika akan meninggal.

Doa agar umur panjang dan penuh berkah

Rajinlah berdo’a seperti ini,

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

“ALLAHUMMA AK-TSIR MAALII WA WALADII, WA BAARIK LII FIIMAA A’THOITANII WA ATHIL HAYAATII ‘ALA THO’ATIK WA AHSIN ‘AMALII WAGH-FIR LII

(artinya: Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku).”

(Diambil dari kumpulan doa dari Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani rahimahullah dan bisa dilihat pula di buku 50 Doa Mengatasi Problem Hidup.

Semoga Allah beri taufik dan hidayah, moga usia kita terus penuh berkah.

🌐 Sumber Artikel : https://rumaysho.com

☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕
Barakallah fikum.  
                                         

✒ Ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc حفظه الله تعالى

Share:

ANGAN KITA HITUNG-HITUNGAN DLM BERIBADAH KEPADA ALLAH !!! ◼️

Kamu Harus Tahu! Ini Peran Hutan dalam Menjaga Keseimbangan Ekosistem

Wahai Saudaraku...
Allah Ta'ala Tdk pernah Hitung2an dalam mengasihi & menyayangi, bahkan nikmat & karunia yang Dianugerahkan pun Tidak akan sanggup kita utk menghitungnya....

Saat meminta, maka Allah "memberikan", dan saat "tidak memintapun", maka Allah Ta'ala "tetap" memberikan nikmat-Nya.....

Jika demikian, pantaskah kita hitung2an dalam Beribadah kepada-Nya, dan untuk melakukan kebaikan yang diridhoi-Nya !!

Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Dan apabila kamu meng-hitung2 nikmat Allah, niscaya kamu "Tidak akan" mampu "menentukan" jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nahl [16]: 18)

Maka kebaikan Allah Ta'ala yang teramat banyak sudah sepantasnya "dibalas" dgn Ketaatan kepada-Nya, & tidak melakukan kemaksiatan, dan durhaka kepada-Nya...

Syaikh Haafizh bin Ahmad al-Hakamiy رحمه الله pernah berkata :
"Maka jika seandainya seorang Hamba itu diberi umur "sepanjang umur dunia" lalu ia gunakan seluruh umurnya untuk puasa pada siang hari, dan shalat pada malam hari, kemudian ia meninggalkan seluruh maksiat, maka semua itu Tidak akan bisa utk menyamai "seperseratus" Nikmat zhahir (tampak) dan batin yang Terkecil yang telah Allah berikan. Maka Lantas Bagaimana Mungkin amalan itu bisa membayar jaminan supaya masuk ke dalam Surga !? (Ya Allah, Ampunilah & berikanlah Rahmat padaku. Sungguh, Engkau Sebaik-baik Pemberi Rahmat)"

(A'lamus Sunnah Al-Mansyurah hal 86)

Muhammad bin Abi ‘Umairah berkata :
"Andaikan seseorang itu "menghabiskan" umurnya sejak hari dia dilahirkan sampai kematiannya di saat Tua dalam Ketaatan kepada Allah 'Azza wa Jalla, "niscaya" dia akan memandang kecil amalnya itu pada Hari Kiamat, & sungguh dia Berkeinginan untuk bisa dikembalikan ke dunia supaya dapat "Menambah" Pahala, serta Balasan kebaikan" (Shahiihut Targhiib no. 3597)

✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar

Share:

MENGIKUTI SUNNAH LEBIH UTAMA DARIPADA MEMPERBANYAK AMAL

 Inilah 9 Jenis Hutan Berdasarkan Bentang Alamnya - Semua Halaman - Bobo

Oleh :Ustadz M. Saifudin Hakim

Di antara kaidah yang mungkin tidak banyak diketahui oleh kaum muslimin adalah kaidah:

إصابة السنة أفضل من كثرة العمل

Mengikuti sunah itu lebih utama daripada memperbanyak amal.

Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta’ala,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2)

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala tidak mengatakan, siapa di antara kamu yang lebih banyak amalnya.

Tentang ayat di atas, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,

أخلصُه وأصوبُه . وقال : إنَّ العملَ إذا كان خالصاً ، ولم يكن صواباً ، لم يقبل ، وإذا كان صواباً ، ولم يكن خالصاً ، لم يقبل حتّى يكونَ خالصاً صواباً ، قال : والخالصُ إذا كان لله عز وجل ، والصَّوابُ إذا كان على السُّنَّة

(Yaitu amal) yang paling ikhlas dan paling benar. Beliau rahimahullah menjelaskan, Sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun tidak benar, maka amalan tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah benar, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan benar. Ikhlas jika ditujukan kepada Allah Ta’ala, dan benar jika sesuai dengan sunah (tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).”(Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, 1: 72)

■ PENERAPAN KAIDAH
Berikut ini beberapa contoh penerapan dari kaidah di atas.
D
● Pertama, salat sunah sebelum subuh (qabliyah subuh) dianjurkan untuk dikerjakan dengan ringkas, tidak berlama-lama. Ada orang yang ingin memperpanjang bacaan Alquran, misalnya dengan membaca surat Al-Ma’aarij dan surat Al-Insaan, memperlama rukuk dan sujud, dan memperbanyak doa ketika sujud. Sedangkan orang kedua, melaksanakan salat tersebut dengan ringkas, di rakaat pertama membaca surat pendek Al-Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat Al-Ikhlas.

Berdasarkan kaidah di atas, yang lebih utama adalah salat sunah qobliyah Subuh sebagaimana yang dikerjakan oleh orang kedua. Karena tata cara tersebut lebih sesuai dengan contoh atau praktik Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

● Kedua, ada seseorang yang ingin berpuasa setiap hari (puasa dahr). Sedangkan orang kedua, dia ingin berpuasa sehari, dan tidak bepuasa sehari (puasa Dawud). Maka orang kedua lebih utama, meskipun amalnya lebih sedikit karena lebih sesuai dengan sunah.

Hal ini karena puasa setiap hari diperselisihkan hukumnya oleh para ulama, apakah makruh ataukah tidak. Sedangkan puasa Dawud adalah puasa yang dianjurkan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud, yaitu berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

● Ketiga, seseorang melaksanakan salat di belakang maqom Ibrahim setelah thawaf dengan memperpanjang bacaan, memperpanjang rukuk dan sujud. Sedangkan orang kedua salat di belakang maqom dengan membaca surat Al-Kafirun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua dan melaksanakan dengan ringkas. Maka yang lebih utama adalah salat orang kedua.

Oleh karena itu, hendaknya semua ibadah yang kita lakukan dibangun di atas ilmu, sehingga dapat sesuai (cocok) dengan sunah (tuntunan) Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bukan hanya dibangun atas dasar semangat semata yang tidak dilandasi ilmu yang benar.

[Selesai]

Referensi:
Shifatush Shalaat, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala, hal. 169-171 (penerbit Muassasah Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, cetakan ke dua tahun 1434 H)

Baca Selengkapnya :       https://muslim.or.id/45011-mengikuti-sunnah-lebih-utama-daripada-memperbanyak-amal.html

Barakallahu Fiikum

📚🔰........................✍️

Share:

Sudahkah Allah “Mempekerjakan” Anda?

 HUTAN on Pinterest

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuberkata,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ . فَقِيلَ كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ  يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ .

“Jika Allah menginginkan kebaikan untuk seorang hamba maka dia akan mempekerjakan/menggunakannya”,beliau ditanya, “Bagaimana Allah akan mempekerjakannya, wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”, beliau menjawab: “Allah akan memberinya petunjuk untuk beramal shalih sebelum meninggal”.[1]

Salah satu amal shalih adalah berdakwah , mengurus dan memikirkan dakwah. Sudahkan kita bekerja untuk dakwah? Sudahkah kita menggunakan nikmat ini untuk berdakwah? Sudahkah kita memikirkan bagaimana saudara kita mendapatkan nikmatnya beribadah? Merasakan manisnya iman? Sudahkah kita memikirkan bagaimana nasib kaum muslimin? Yang tertindas, yang membutuhkan pertolongan? Yang membutuhkan ilmu agama?

Atau kita sekedar hidup “mengalir saja”? bagaimana kita hanya kerja, makan, minum tidur, mencari uang, kemudian menikmati harta dan wanita kemudian mati? Jika hanya itu saja, Bukankah orang kafir juga seperti itu?

Tidak saudaraku, kita harus ikut memikirkan dakwah  dan agama ini dan mengemban amanah ini. Dakwah adalah pekerjaan yang sangat mulia dan terlalu banyak keutamaannya jika disebutkan, mulai dari pahala dengan sitem MLM, mendapat harta terbaik berupa “unta merah”, dan merupakan tujuan utama para Nabi dan Rasul.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak (manusia) kepada Allah(berdakwah( dan beramal salih, seraya mengatakan: Sesungguhnya aku ini termasuk golongan orang-orang yang pasrah/muslim” (Fushshilat: 33)

Kita sudah tahu bahwa dakwah adalah tugas para Nabi dan Rasul,

Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasul-Nya untuk menegaskan dakwah merupakan jalan Beliau, dengan firman-Nya:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَ مَآ أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata (ilmu dan keyakinan). Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf:108).

Dan kita tahu bahwa Nabi dan Rasul adalah mereka yang mendapat ujian paling berat.

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

 

Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya berkata, aku berkata: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Kata beliau: “Para Nabi, kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai dengan kadar dien (keimanannya). Apabila diennya kokoh, maka berat pula ujian yang dirasakannya; kalau diennya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar diennya. Dan seseorang akan senantiasa ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”[2]

Kita sudah tahu bahwa mereka mendapat ujian berat dalam hal apa? Ya, ujian dan cobaan baik masalah dunia maupun cobaan dan ujian dalam berdakwah. Memang ujian dan musibah dunia juga akan mengangkat derajat dan menghapuskan dosa seseorang akan tetapi ujian dan cobaan yang paling bisa mengangkat derajat seseorang adalah ujian dan cobaan yang dihadapi ketika ia berdakwah, memperjuangkan dan memikirkan agama Allah.

Kita sudah tahu bahwa Rasulullah yang paling berat ujiannya dan paling besar kesabarannya melebihi seluruh nabi yang lain sehingga kedudukannya tertinggi, kita sudah tahu bahwa Nabi Yahya dibunuh, Nabi Zakaria disembelih, Umar ditikam, Ustman disembelih, Ali dibacok kepalanya, dan berbagai pengorbanan yang lainnya, ada yang dikuliti, ada yang direbus dalam minyak panas ada yang dibelah menjadi dua bagian. Semuanya karena membela agama Allah

Lalu kita? Jika sekedar stres dan pusing saja karena ujian dan musibah masalah urusan dunia, maka orang kafir juga mendapat ujian yang sama, mereka ada yang miskin, mereka ada yang anaknya nakal, mereka ada yang suaminya selingkuh!

Tidak saudaraku, kita harus memikirkan dakwah ini, memperjuangkan agama ini. Tolonglah agama Allah ini insyaAllah Allah akan menolong kita.

Allah Ta’ala berfirman,

يا أيها الذين آمنوا إن تنصر الله ينصركم

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu.” ( Muhammad: 7).

Tolonglah Agama Allah insyaAllah Allah akan menolongmu di hari hari yang sulit, hari-hari di mana orang akan lari dari istrinya, anaknya dan keluarganya (karena memikirkan diri sendiri).

Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (٣٤)وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (٣٥)وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (٣٦)لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (٣٧)

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (Qs. ‘Abasa 34-37)

 

Pedulilah terhadap  agama Allah, maka Allah akan peduli kepadamu pada hari di mana,

يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ

hari tiada naungan selain naungan-Nya[3] dan Allah menunjukkan kemarahan dan kebesarannya,

Perhatikanlah agama Allah maka Allah akan memperhatikanmu pada hari di mana orang-orang berngan-angan kembali hidup lagi ke dunia,

Allah Ta’ala berfirman,

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila telah  datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.”(Al Mukminun: 99-100)

Pikirkanlah agama Allah, maka Allah akan memikirkan kita di hari di mana orang akan berkata, seandainya mereka adalah tanah,

وَيَقُوْلُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا

“Dan orang kafir itu berkata, “Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah saja.” (An-Naba: 40).

 

Tidak mesti menjadi ustadz dan ustadzah saudaraku,

Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”[4]
sampaikan ketika ada yang anda ketahui, gunakan segala kenikmatan dan kelebihan anda untuk berdakwah, tidak semua orang jalan jihadnya menjadi ustadz. Jika anda dokter, jadilah dokter yang peduli terhadap agama, jika anda insyinyur, jadilah yang berguna bagi agama, jika anda seorang pengusaha jadilah pengusaha yang peduli agama.

Pikirkan bagaiaman solusi di sana banyak pemurtadan,  putar otak bagaimana syiah mulai mengerogoti akidah umat, renungkan bagaimana cara agar masyarakat bertauhid dan memiliki akidah lurus. Pikirkan bagaimana anda jika menjadi panitia kajian? Putar otak bagaimana uang anda bermanfaat untuk meredam pemurtadan, renungkan bagaimana negeri ini bersih dari kesyirikan dan khurafat.

Jalan memperjuangkan agama ini sangat banyak, dengan uang, pikiran, tenaga dan doa.

Wahai saudaraku. Inilah jalan kita, jika bukan kita, maka siapa lagi? Orang yang shalat berjamaah di masjid sudah sedikit, orang yang mendapat hidayah sudah sedikit orang yang peduli agama sudah sudah sedikit, jika bukan anda yang sudah dapat hidayah dan terketuk hatinya oleh Allah, maka siapa lagi?

Allah Ta’ala berfirman,

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”. (An-Nahl: 125)

Dari kami yang sangat membutuhkan naungan dan taufik Allah untuk selalu bisa menerapkan ilmu yang didapat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

penyusun:   Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

http://muslimafiyah.com/sudahkah-allah-mempekerjakan-anda.html

Share:

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

LISTEN QURAN

Listen to Quran

Popular Posts

Blog Archive

Recent Posts

Pages