Kalimat
ikhlas sudah biasa terlontar dari lisan kita bahkan hampir setiap hari
kita dengarkan dengan kedua telinga kita. Namun praktek keikhlasan
jarang kita saksikan apalagi kita amalkan. Semoga beberapa riwayat
berikut dari kisah para ulama pendadulu kita salafush shalih bisa
memantapkan atau menopang kita untuk membiasakan diri seseorang sesuatu
tentang ikhlash.
Dari Bakr bin Ma'iz rahimahullah ia berkata:
مَا رُئِيَ الرَّبِيْعُ مُتَطَوِّعاً فِيْ مَسْجِدِ قَوْمِهِ قَطٌّ إِلَّا مَرَّةً وَاحِدَةً
“Rabi 'tidak pernah terlihat shalat sunnah di masjid kampungnya sama sekali tidak termasuk satu kali” (Shifatush Shafwah: 3/61)
Dari Sufyan rahimahullah ia berkata: “Telah ditemukan kepadaku Muriyah Ar Rabi 'bin Khutsaim ia berkata:
كَانَ
عَمَلُ الرَّبِيْعِ كُلُّهُ سِرًّا إِنْ كَانَ لَيَجِيْءُ الرَّجُلُ
وَقَدْ نَشَرَ الْمُصْحَفَ فَيُغَبِّيْهِ فَيُغَبِّيْهِ فَيُغَبِّيْهِ
Seluruh
amalan Ar Rabi 'dilakukan sembunyi -sembunyi. jika ada seseorang yang
datang sedang ia sedang membuka mushaf, maka iapun menutupnya dengan
bajunya ” (Shifatush Shafwah: 3/61)
Dari Mundzir dari Ar Rabi 'bin Khutsaim rahimahullah ia berkata:
كُلُّ مَا لَا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ يَضْمَحِل
“Setiap amalan yang dilakukan bukan mengharap wajah Allah azza wa jalla, maka amalan itu akan leyap” (Shifatush Shafwah: 3/61)
Dari Abu Hamzah Ats Tsumaliy ia berkata,
“ Ali bin Husain membawa karung roti di punggungnya pada malam hari, lalu bersedekah dengan roti itu. Ia berkata,
إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ
“Sesungguhnya sedekah secara diam-diam akan memadamkan Kemarahan Rabb 'Azza Wa Jalla” (Shifatush Shafwah: 2/96) [1]
Dari 'Amr bin Tsabit ia berkata,
لما
مات علي بن الحسين فغسلوه جعلوا ينظرون إلى آثار سود في ظهره فقالوا: ما
هذا فقالوا: كان يحمل جرب الدقيق ليلا على ظهره يعطيه فقراء أهل المدينة
“Ketika
Ali bin Husain meninggal, kaum muslimin memandikan beliau ternyata
mereka melihat bekas hitam di punggung beliau. Mereka berkata: “Apa
ini?” Yang lain menjawab: “beliau biasa memanggul karung-karung gandum
pada malam hari di atas punggung beliau lalu memberikan gandum-gandum
itu kepada para fakir miskin dari penduduk kota Madinah” (Shifatush
Shafwah: 2/96)
Dari Ibnu Aisyah ia berkata, bapakku berkata: “Aku mendengar penduduk Madinah mereka berkata,
مَا فَقَدْنَا صَدَقَةَ السِّرِّ حَتَّى مَاتَ عَلِيٌّ بْنُ الْحُسَيْنِ
“Kami tidak pernah kalah sedekah secara diam-diam kecuali setelah meninggalnya Ali bin Husain ” (Shifatush Shafwah: 2/96)
______________________
[1]
Hadits Marfu 'kepada Nabi dari banyak jalur periwayatan namun semua
jalurnya ada kritikan. Namun Syeikh al Albaniy menshahihkan hadits ini
dari seluruh jalur-jalur periwayatannya. Lihat 'alaihissalam Silsilah
Ash Shahihah nomor 1908
Diterjemahkan oleh Ustadz Bambang Abu Ubaidillah dari kitab Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf
TELADAN PARA ULAMA DALAM KEIKLASAN
DOA YANG MENGUMPULKAN SELURUH KEBAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهم صَل وسلم وبارك على محمد وعلى اله وصحبه اجمعين.
.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي
.
ALLAHUMMAGFIRLII WARHAMNII WA 'AAFI NII WARZUQ NII
.
Artinya: "Ya Allah, ampunilah hamba, rahmatilah hamba, berilah hamba keselamatan dari segala keburukan, dan berilah hamba rezeki."
.
Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda,
"Sungguh empat kalimat doa tersebut telah menghimpun seluruh kebaikan dunia dan akhiratmu."
.

___
.
sumber :Web abdullah
RENUNGAN SURAH AL KAHFI AYAT 82
DEMI ANAKMU
Ketika rasa malas untuk melakukan ibadah menghampiri atau terbetik keinginan utk bermaksiat, ingatlah anak-anakmu. Coba renungkan Firman Allah ta’ala :
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih… (QS. Al Kahfi : 82).
Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud, ketika beliau sholat malam, sementara putra beliau yang masih kecil terlelap tidur, serambi memandangi putranya beliau berkata,
Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud, ketika beliau sholat malam, sementara putra beliau yang masih kecil terlelap tidur, serambi memandangi putranya beliau berkata,
من أجلك يا بني…
“Demi dirimu wahai anak ku..” Lalu beliau sambil menangis membaca firman Allah ta’ala :
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih… (QS. Al Kahfi : 82).
Benar sekali, sesungguhnya ketakwaan orangtua sangat berpengaruh pada kesholihan anak-anaknya.
Apabila orang tuanya sholih, hubungannya dengan Allah kuat, maka Allah akan menjaga anak-anaknya bahkan sampai cucu-cucunya. Seperti dalam kisah dalam surat al Kahfi, Allah menjaga simpanan harta kedua anak yatim itu dikarenakan kesalehan kakek mereka yang ketujuh….!
====
Allah ‘Azza wajalla mengingatkan ,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9).
Pengaruh Keshalihan Orang Tua Pada Anak-Cucu
Selama ini kita percaya bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat akan diturunkan kepada anak dan cucu. Karena ada pepatah "Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya"
Sehingga manusia selektif memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang berkualitas baik fisik dan sifatnya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa keshalihan juga bisa diturunkan. Artinya karena keshalihan bapak-ibu atau kakek-nenek, Allah menjaga anak keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu mereka kelak juga menjadi orang yang shalih.
Bisa kita lihat gambaran contohnya dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Benar sekali, sesungguhnya ketakwaan orangtua sangat berpengaruh pada kesholihan anak-anaknya.
Apabila orang tuanya sholih, hubungannya dengan Allah kuat, maka Allah akan menjaga anak-anaknya bahkan sampai cucu-cucunya. Seperti dalam kisah dalam surat al Kahfi, Allah menjaga simpanan harta kedua anak yatim itu dikarenakan kesalehan kakek mereka yang ketujuh….!
====
Allah ‘Azza wajalla mengingatkan ,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9).
Pengaruh Keshalihan Orang Tua Pada Anak-Cucu
Selama ini kita percaya bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat akan diturunkan kepada anak dan cucu. Karena ada pepatah "Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya"
Sehingga manusia selektif memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang berkualitas baik fisik dan sifatnya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa keshalihan juga bisa diturunkan. Artinya karena keshalihan bapak-ibu atau kakek-nenek, Allah menjaga anak keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu mereka kelak juga menjadi orang yang shalih.
Bisa kita lihat gambaran contohnya dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua
orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan
bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka
Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah
aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS.
Al Kahfi: 82)
Al-Qurthubi rahimahullahu menafsirkan,
Al-Qurthubi rahimahullahu menafsirkan,
ففيه ما يدل على أن الله تعالى يحفظ الصالح في نفسه وفي ولده وإن بعدوا عنه. وقد روي أن الله تعالى يحفظ الصالح في سبعة من ذريته
“Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menjaga keshalihan seseorang dan menjaga keshalihan anak keturunannya meskipun jauh darinya [beberapa generasi setelahnya –pent]. Diriwayatkan [dalam kisah pada ayat] bahwa Allah menjaga keshalihan pada generasi ketujuh dari keturunannya.”1
Bahkan ada beberapa ulama yang menjelaskan bahwa tidak mesti keshalihan orang tua atau kakek-nenek. Akan tetapi keshalihan kakek buyutnya beberapa generasi sebelumnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang
anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya” [Ath Thuur: 21]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
ذريتهم الذين اتبعوهم بإيمان أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر منهم أنفسهم، فهؤلاء المذكورون، يلحقهم الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن لم يبلغوها، جزاء لآبائهم، وزيادة في ثوابهم، ومع ذلك، لا ينقص الله الآباء من أعمالهم شيئا
“keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan
maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang
tua/kakek-buyut mereka. maka keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan.
Maka lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak-keturunan itu sendiri.
Mereka yang disebut ini, maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya [kedudukan anak lebih rendah dari orang tua –pent], sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun.”2
Karenanya perhatikan dan pilihlah pasangan yang shalih, ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Demikian semoga bermanfaat.
Mereka yang disebut ini, maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya [kedudukan anak lebih rendah dari orang tua –pent], sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun.”2
Karenanya perhatikan dan pilihlah pasangan yang shalih, ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Demikian semoga bermanfaat.