Tafsir/makna surat az-zumar ayat 53-54 tentang semua dosa bisa diampuni

Hasil gambar untuk al quranApakah pintu taubat masih terbuka? Sedangkan dosaku teramat banyak … Bahkan dosa tersebut terus berulang. Dan sekarang aku ingin bertaubat.

Tidak perlu berputus asa, saudaraku. Jika benar engkau ingin bertaubat dan kembali jadi baik, pintu taubat begitu terbuka.
Ingatlah ayat,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)
 
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Saudaraku … Setiap Dosa Bisa Diampuni
 
Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam maksiat, baik dalam dosa kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali pada Allah. Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya. Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak mungkin terhitung). Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa Allah tidaklah mengampuni dosa syirik, itu maksudnya adalah bagi yang tidak mau bertaubat dan dibawa mati. Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka ia pun diampuni. Lihat keterangan Ibnu Katsir mengenai ayat di atas dalam kitab tafsir beliau.
 
Dalam ayat lain disebutkan,

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
 
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya?” (QS. At Taubah: 104).

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146)
 
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisa’: 145-146).
 
Kepada orang Nashrani yang menyatakan ideologi trinitas, masih Allah seru untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
 
“Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al Maidah: 73).
 
Kemudian setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah: 74). Walau mereka -Nashrani- berkata keji dengan mengatakan bahwa Allah adalah bagian dari yang tiga, namun Allah masih memiliki belas kasih dengan menyeru mereka untuk bertaubat jika mereka mau.
Lihatlah orang yang telah membunuh wali Allah, juga diseru untuk bertaubat jika mereka ingin,

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
 
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al Buruj: 10). Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Lihatlah pada orang-orang yang merasa mewah tersebut, mereka telah membunuh wali-wali Allah dan Allah masih menyeru mereka untuk bertaubat.”
 
Ayat semisal di atas teramat banyak yang juga menerangkan tentang hal yang sama bahwa setiap dosa bisa diampuni bagi yang mau bertaubat. Lihatlah sampai dosa kekafiran pun bisa Allah ampuni jika kita benar-benar bertaubat, apalagi dosa di bawah itu. Sehingga tidak boleh seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah walau begitu banyak dosanya. Karena ingatlah saudaraku bahwa pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.
 
Segeralah Bertaubat, Jangan Tunda-Tunda!
Setelah Allah menyebutkan ayat di atas, lalu Allah mendorong untuk segera bertaubat, jangan ditunda-tunda. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
 
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54). Maksud ayat ini adalah kembalilah pada Allah dengan berserah diri pada-Nya sebelum datang siksaan yang membuat mereka tidak mendapat pertolongan, yaitu maksudnya bersegeralah bertaubat dan melakukan amalan sholih sebelum terputusnya nikmat. Demikian uraian Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya.
Waspada dengan Berputus Asa dari Rahmat Allah
Dalam hadits yang disebutkan oleh ‘Abdur Razaq dalam Mushonnafnya,

عن بن مسعود قال أكبر الكبائر الإشراك بالله والأمن من مكر الله والقنوط من رحمة الله واليأس من روح الله
 
“Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa di antara dosa besar yang terbesar adalah berbuat syirik pada Allah, merasa aman dari murka Allah dan merasa putus asa dan putus harapan dari ampunan Allah.” (HR. Abdurrozaq, 10: 460, dikeluarkan pula oleh Ath Thobroni. Lihat Kitab Tauhid dengan tahqiq Syaikh Abdul Qodir Al Arnauth, hal. 128). Hadits ini menunjukkan bahwa berputus asa dari rahmat dan luasnya ampunan Allah termasuk dosa besar.
Semoga Allah memberi kita taufik untuk menjadi hamba yang tidak berputus asa dari luasnya rahmat dan ampunan Allah. Wallahu waliyyut taufiq.

Baca pula artikel seputar taubat di Rumaysho.com:
1.      Anjuran Shalat Taubat
2.      Apakah Orang yang Bertaubat Wajib Mandi?
3.      Perbedaan Taubat dan Istighfar
4.      Terus Bertaubat
5.      Taubat Wajib dan Taubat Sunnah
6.      Melebur Dosa dengan Taubat yang Tulus
7.      Aku Ingin Bertaubat, Tetapi …

Di pagi hari penuh barokah, 3 Rabi’ul Awwal 1434 H di Mabna 27 KSU, Riyadh-KSA
Ditulis oleh hamba dho’if yang selalu mengharap ampunan Allah,
www.rumaysho.com
Share:

Mengikuti kebanyakan manusia yang menuruti hawa nafsunya (Tafsir Al-Anam ayat 116)

Hasil gambar untuk orang banyakDan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
[QS.al-An'am/6: 116]

Hanya karena kedangkalan ilmu agama maka manusia banyak tertipu oleh kelompok mayoritas, padahal jika manusia mengetahui tabiat manusia yang jelek pasti mereka menyesal mengikuti mereka. Barangsiapa ingin selamat dari makar mereka, simaklah pembahasan berikut:

Makna Ayat Secara Umum
Imam Abu Ja’far ath-Thobari rahimahullah berkata: “Allah azza wa jalla menjelaskan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Muhammad, janganlah kamu taat kepada orang yang berpaling dari agama Allah, karena mereka mengajak kamu mengikuti sesembahan mereka. Jangan kamu taati mereka ketika mengajak kamu agar makan sesembelihan yang disajikan untuk tuhan-tuhan mereka, dan yang disembelih dengan menyebut nama tuhan mereka, dan jangan kamu taati perbuatan mereka yang tersesat. Jika kamu taat kepada umumnya manusia di permukaan bumi ini, pasti mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah yang benar dan menghalangi kamu dari yang benar juga, karena pada saat itu mereka kufur dan tersesat. Dan jika kamu menaati mereka kamu akan seperti mereka, karena mereka tidak mengajak kamu kepada petunjuk, bahkan mereka telah jatuh kepada kesesatan karena mereka hanya mengikuti dugaan dan kira-kira belaka. Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melarang kamu yang demikian itu karena Allah lebih tahu tentang mereka daripada kamu. Wahai Muhammad, ikutilah yang Aku perintahkan kepadamu dan tinggalkan apa yang Aku larang kepadamu dan jangan kamu menaati mereka, dan jangan kamu tinggalkan larangan mereka, karena Aku lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat.” [Tafsir ath-Thobari: 12/65]

Komentar Ulama Sunnah Tentang Mayoritas Umat
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Kamu jangan merasa rendah diri karena menempuh jalan yang benar walaupun sedikit orang yang menempuhnya, dan kamu jangan tertipu dengan yang bathil walaupun banyak orang yang mengamalkannya.” [Minhajul Taksis wat Taqdis fi Kasfi Syubuhat, Dawud bin Jarjis: 1/84]

Imam Baidhowi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan umumnya manusia adalah orang-orang kafir atau orang-orang bodoh tentang agama atau pengikut hawa nafsu.” [Tafsir al-Baidhowi: 2/199]

Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Ayat ini menjelaskan bahwa kebenaran itu bukan karena banyak pendukungnya, dan kebathilan itu bukan karena orang yang mengerjakannya sedikit. Kenyataannya yang mengikuti kebenaran hanya sedikit, sedangkan yang mengikuti kemungkaran banyak sekali. Kewajiban bagi umat Islam adalah mengetahui yang benar dan bathil, lihatlah jalan yang ditempuh.” [Tafsir al-Karimur Rohman: 1/270]

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Orang yang berakal sehat jangan tertipu dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran tidak ditentukan karena banyak orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran adalah syariat Allah azza wa jalla yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Majmu' Fatawa wa Maqolat Ibnu Baz: 1/231]

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya: “Sebagian menusia jika dilarang dari perbuatannya yang menyimpang dari ajaran syariat Islam atau menyimpang dari adab Islam berargumen umumnya manusia mengerjakannya. Jika demikian, bagaimana kita menjawabnya? Mayoritas bukanlah dasar kebenaran, karena Allah azza wa jalla berfirman (Baca QS.al-An’am/6:116 dan QS.Yusuf/12:103]. Sedangkan tolak ukur kebenaran jika Allah azza wa jalla berfirman dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, atau ulama salafush sholih yang berfatwa.” [Majmu' Fatawa wa Rosa'il, Ibnu Utsaimin: 3/103]

Selanjutnya beliau rahimahullah berkata: “Hendaknya kita tidak tertipu dengan mayoritas, karena mayoritas kada kala tersesat seperti ayat diatas (QS.al-An’am/6:116). Dari sisi lain, jika manusia tertipu dengan mayoritas sehingga dia menduga bahwa dialah yang menang, inilah penyebab manusia menjadi hina. Kamu jangan berkata: Semua manusia berbuat demikian, mengapa kami sendiri yang tidak? Kamu jangan tertipu dengan mayoritas, jangan tertipu dengan umumnya orang yang hancur akidah dan akhlaknya sehingga kamu hancur bersama mereka, dan janganlah kamu tertipu dengan orang yang sukses, sehingga kamu termasuk orang yang sombong, sehingga kamu tinggalkan golongan yang sedikit, sebab boleh jadi yang sedikit itu lebih baik dari pada yang mayoritas.” [al-Qoulul Mufid ala Kitabut Tauhid: 1/7]

Tabiat Dasar Manusia Menurut Al-Qur’an
Pada saat manusia lahir, dia suci dari dosa, karena akal dan indra mereka belum bekerja dengan sempurna. Setelah mereka dewasa dan mengenal lingkungan, terkadang mereka dikalahkan oleh hawa nafsunya sehingga dirinya menjadi hina. Berikut ini tabiat dasar manusia menurut al-Qur’an.

Tabiat-tabiat ini merupakan bukti bahwa sifat dasar manusia adalah menyimpang maka hendaknya kita mengikuti syariat Allah, bukan mengikuti mayoritas manusia.

1. Berbuat zalim

إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [QS.Ibrahim/14:34]



2. Putus asa dari rahmat Allah azza wa jalla dan berbuat kufur

إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ

“Pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” [QS.Hud/11 :9]

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Allah azza wa jalla mengabarkan tabiat manusia, dia itu bodoh lagi menganiaya diri sendiri, tatkala Allah azza wa jalla merasakan kepada mereka kesehatan, rezeki dan punya anak, lalu Allah azza wa jalla mencabutnya, tiba-triba mereka putus asa dan tidak berharap pahalanya.” [Tafsir al-Karimur Rohman: 1/278]

3. Tergesa-gesa mencari yang baik dan yang buruk

وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا

“Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” [QS.al-Isro':17: 11]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Mereka terburu-buru mencari kenikmatan dunia walaupun hanya dapat sedikit, dan lamban mencari akhirat padahal pahalanya cukup besar.” [Tafsir al-Qurthubi/10: 226]

4. Bakhil dalam beramal dan berinfak

وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا

“Dan adalah manusia itu sangat kikir.” [QS.al-Isro'/17: 100]

5. Suka membantah ajaran Islam

وَكَانَ الإنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلا

“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” [QS.al-Kahfi/18: 54]

Ibnu Zaid rahimahullah berkata: “Manusia banyak membantah nabinya dan menolak risalah yang dibawanya.” [Tafsir ad-Durul Mansur: 6/376]

6. Sangat bodoh

إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [QS.al-Ahzab/33: 72]

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Manusia itu menganiaya dirinya sendiri dan sangat bodoh dengan perintah Allah dan bodoh membawa amanat.” [Tafsir al-Baghowi: 6/380]

7. Berkeluh kesah

إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [QS.al-Ma'arij/70:19]

Berkata Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah: “Mereka mengeluh ketika ditimpa musibah dan enggan beramal ketika ditimpa kesenangan.” [Tafsir al-Karimur Rohman: 1/887]

8. Sangat suka berbuat maksiat

بَلْ يُرِيدُ الإنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ

“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” [QS.al-Qiyamah/75:5]

Ibnu Anbari rahimahullah berkata: “Manusia lebih suka berbuat jahat sepanjang umurnya dan tidak ingin bertobat dari perbuatan dosanya.” [Tafsir Fathul Qodir: 7/362]

9. Melampaui batas dari yang wajib, yang haram dan yang mubah

كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” [QS.al-'Alaq/96:6]

Al Qurthubi rahimahullah berkata: “Manusia melampaui batas berbuat aniaya dan keluar dari ketentuan Allah azza wa jalla.” [Tafsir al-Qurthubi: 6/245]

10. Sedikit bersyukur

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.” [QS.Saba'/34:13]

11. Memiliki sifat lemah jiwa, mudah tergoda

وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا

“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [QS.an-Nisa'/4:28]

Imam Mujahid rahimahullah berkata: “Manusia lemah jiwa dan semangatnya.” Berkata Thowus rahimahullah: “Mereka lemah menghadapi godaan wanita.” [Tafsir Ibnu Katsir: 2/267]

Semua sifat mereka yang jelek ini dan apa yang dikatakan oleh Allah azza wa jalla memang benar menurut kenyataan, lalu bagaimana manusia menyandarkan kebenaran kepada kenyataan yang hina, dan jika sifat yang hina ini dijadikan pegangan hidup manusia tanpa disadari dinul Islam, tentu semua manusia sesat didunia dan diakhiratnya. Firman-Nya azza wa jalla:

وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [QS.Ali Imron/3:164]

Allah azza wa jalla mengingatkan peristiwa keadaan sahabat yang mulanya kafir sebelum masuk Islam, dengan akal dan hawa nafsunya mereka bertengkar satu sama lain, bunuh membunuh, tindas menindas, menghina kedudukan wanita, yang kuat yang menang. Inilah asal tabiat manusia bila dikendalikan oleh hawa nafsunya. Allah azza wa jalla berfirman:

وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” [QS.Ali Imron/3:103]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Makna ‘karena nikmat Allah’ kamu menjadi bersaudara didalam agama yaitu nikmat dinul Islam.” [Tafsir al-Qurthubi: 4/164]

Jika demikian keberadaan pribadi manusia yang jelek sebab mengikuti hawa nafsunya, maka bagaimana manusia bersandar kepada umumnya? Sungguh amat hina hidupnya.

Tabiat Mayoritas Manusia Menurut Al-Qur’an
Setelah kita mengetahui tabiat pribadi manusia menurut al-Qur’an, mari kita melihat keberadaan umumnya manusia sebelum menerima ajaran Islam, bagaimana kehidupan mereka?

1. Umumnya tidak beriman

إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya (al Qur’an) itu benar-benar dari Robbmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” [QS.Hud/11: 17]

2. Umumnya menolak ajaran Islam

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam al-Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya).” [QS.al-Isro'/17: 89]

3. Umumnya mereka membenci ajaran Islam

وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

“Dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.” [QS.al-Mukminun/23: 70]

4. Umumnya berbuat curang

وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholih; dan amal sedikit lah mereka ini.” [QS.Shod/38: 24]

Allah azza wa jalla mengabarkan bahwa orang yang benar itu jumlahnya sedikit, akan tetapi sedikit itu tidak membahayakan dirinya.

5. Prinsipnya hanya dugaan belaka

وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya  persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [QS.Yunus/10: 36]

6. Umumnya manusia bodoh, tidak tahu Islam

وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ

“Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [QS.al-An'am/6: 111]

Inilah umumnya sifat manusia, jika mereka mengikuti umumnya pasti akan rusak agama dan akhlaknya, dan pasti hina hidupnya di dunia dan di akhirat.

Mayoritas Umat Menurut as Sunnah
As-Sunnah atau hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan bagian daripada wahyu Allah azza wa jalla yang juga memiliki kedudukan sama seperti al-Qur’an dalam hal wajibnya kita berpegang teguh dan beramal, sekalipun beda defisini antara keduanya. Karena Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berbicara masalah urusan ad-Din melainkan berdasarkan wahyu. [Baca QS.an-Najm/53:3-4]

Mayoritas menurut penilaian as-Sunnah pun tidaklah menunjukkan bukti suatu kebenaran, oleh karena itu beliau diutus untuk menghukumi mereka dan bukan sebaliknya. [Baca QS.an-Nisa'/4:105]

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kamu jumpai manusia seperti seratus unta, tidaklah seorang itu menjumpai untanya yang dapat ditungganginya.” [HR.Muslim: 7/192]

Maksudnya yaitu manusia itu jumlahnya banyak, akan tetapi yang diridhoi Allah azza wa jalla hanya sedikit. Seperti seratus ekor unta akan tetapi hanya satu yang bisa ditunggangi. Hadits ini menunjukkan abad yang hina pada akhir zaman. [Syarah Ibnu Bathol: 19/274, ad-Dibaj alal Muslim: 5/491]

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku diperlihatkan neraka, tiba-tiba penghuninya mayoritas wanita yang kufur, lalu ada yang bertanya: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri kebaikan keluarga dan mengingkari kebaikan suami, seandainya kamu berbuat baik kepada salah satu di antara mereka selama satu tahun, lalu dia melihat kamu sedikit perkara yang dibenci, dia berkata: “Saya tidak pernah melihat kebaikan dirimu sedikitpun.” [HR.al-Bukhari: 1/59]

Hadits ini menunjukkan mayoritas wanita kurang baik agama dan akhlaknya. Maka bagaimana jika suami mengikuti wanita?

Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut, tetapi dengan mewafatkan ulama, sehingga tidak lagi tersisa seorang alim, maka orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpinnya yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan.” [HR.al-Bukhari: 1/44 dan lainnya]

Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin umat atau pengikutnya banyak yang bodoh, tidak tahu ajaran Islam yang benar.

Umumnya umat Islam banyak yang masuk neraka kecuali satu golongan sebagaimana hadits yang tertera berikutnya. Umumnya orang Islam taklid atau mengikuti orang yang tersesat, maka bagaimana dengan orang selain muslim? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga  walaupun  mereka masuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti mereka. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Beliau menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka?” [HR.al-Bukhari: 3/1274]

Inilah sebagian dalil yang menerangkan mayoritas manusia yang jelek perangainya menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahaya Mengikuti Masyarakat Umum
Dengan bukti dalil di atas yang menjelaskan berbagai macam tabiat manusia yang buruk, dan kenyataan masyarakat pada umumnya, maka orang yang mengikuti umumnya manusia yang dasarnya hanya perkiraan dan hawa nafsu, pasti berbahaya di dunia dan di akhirat. Adapun di antara bahayanya:

1. Manusia pasti dijauhkan dari ajaran Islam
Karena hawa nafsu pasti tidak menerima ajaran Islam. Silahkan baca QS.al-An’am/6: 116 di atas.

2. Hidup manusia pasti dilanda kesedihan dan kehancuran

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ

“Dan ketahuilah oleh bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan.” [QS.al-Hujuroot/49: 7]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Seandainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam segera menuruti kemauan kalian sebelum jelas perkaranya, kalian pasti memperoleh kesulitan, kehancuran dan berlumuran dengan dosa.” [Tafsir al-Qurthubi: 16/314 dan al-Baghowi: 7/339]

3. Penyebab datang musibah dan kebinasaan

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.” [QS.al-Mukminun/23: 71]

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Hendaklah kalian waspada kepada perkata yang dikerjakan oleh sebagian manusia, karena mereka membangun akidah atau amalnya berpijak kepada pendapat orang tertentu. Apabila mereka mengetahui dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menyelisihi pendapatnya, mereka memalingkan makna nash tersebut sesuai dengan hawa nafsunya, mereka memaksakan al-Qur’an dan as-Sunnah agar mengikuti kehendaknya, padahal mestinya merekalah yang harus mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka menjadikan selainnya keduanya sebagai imam panutan. Inilah jalannya penyembah hawa nafsu, mereka tidak mengikuti kebenaran, maka Allah mencela mereka dengan QS.al-Mukminun/23:71 (diatas).” [Majmu' Fatawa wa Rosa'il, Ibnu Utsaimin: 3/259]

4. Mereka menjadi budak orang yang berkuasa
Orang yang mengikuti umumnya manusia kebanyakan mereka bodoh, tidak mengenal ajaran Islam, sehingga sandaran mereka berpijak kepada tokoh yang berwibawa, padahal dasar bertindak dari tokoh ini ialah hawa nafsu dan dugaan belaka, sedangkan hawa nafsu selalu berubah, pagi hari lain dengan sore hari, maka dengan kekuasaannya mereka mengajak umat bagaikan bola yang ditendang kesana kemari. Lihat kehidupan orang yang fanatik kepada golongan. Baca QS.as-Saba’/34: 33 Tentang penyesalan mereka pada hari kiamat.

5. Hidup mereka pasti berpecah belah
Setiap manusia memiliki pikiran dan keinginan yang berbeda, sedangkan mereka tidak memiliki pemersatunya. Adapun Islam sebagai satu-satunya pemersatu umat mereka membenci dan menolaknya, mereka hanya bangga dengan hawa nafsu dan golongannya. [Baca QS.ar-Rum/30: 31-32]

6. Mereka pencela Islam dan mengolok-ngolok pengikutnya

وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون

“Dan tidak datang seorang rosul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokannya.” [QS.al-Hijr/15: 11]

Perhatikan orang yang mengandalkan hawa nafsunya, pasti mengolok-ngolok orang yang menyampaikan ajaran Islam dan yang mengamalkannya, dan mendiamkan orang yang berbuat maksiat, bid’ah dan syirik.

7. Hidupnya bagaikan hewan yang dikendalikan oleh hawa nafsunya

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebihsesat jalannya (dari binatang ternak itu).” [QS.al-Furqon/25: 44]

8. Umumnya mereka ahli neraka
Inilah bahaya yang paling berat bagi orang yang mengikuti umumnya manusia hendaknya mereka waspada bahwa manusia akan dihisab amalnya.

إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Robbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan, sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” [QS.Hud/11: 119]

10. Mereka pasti menyesal
Selagi akal manusia masih sehat, dia pasti menyesal karena mengikuti umumnya manusia, yaitu mereka banyak menipu orang lain untuk kepentingan pribadi dan hawa nafsunya.

فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman.” [QS.asy-Syu'aro'/26: 102]

Jangan Biarkan Dirimu Menyesal Di Kemudian Hari
Orang yang mengikuti mayoritas pasti menyesal di kemudian hari. Sebagaimana firman Allah azza wa jalla:

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” [QS.al-Baqoroh/2: 16]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Para pengikut berkata: “Seandainya kami dikembalikan ke dunia maka kami beramal sholih dan kami berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka membiarkan kita ketika datang siksa ini.” [Tafsir al-Qurthubi: 2/206]

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. [QS.al-Mulk/67: 10]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Mereka kembali dalam keadaan mengeluh dan menyesal.” [Tafsir Ibnu Katsir: 2/119]

Dan masih banyak ayat lain yang menjelaskan penyesalan mereka pada hari Kiamat, silahkan baca QS.al-Mukminun/23: 106, QS.al-An’am/6: 27-29, QS.az-Zukhruf/43: 67, QS.Fushshilat/41: 29 dan surat lainnya.

Golongan Yang Selamat Dan Yang Benar
Golongan yang selamat dan benar umumnya hanya sedikit. Firman Allah azza wa jalla:

بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ إِلا قَلِيلا

“Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka.” [QS.an-Nisa'/4: 155]

Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita bahwa jumlah umatnya yang di atas sunnah pun hanya sedikit. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Islam itu mulanya aneh dan akan kembali aneh seperti mulanya.” [HR.Muslim 1/90, bersumber dari Ibnu Umar]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa umatnya pada akhir zaman lebih banyak mengikuti hawa nafsu daripada mengikuti sunnah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dan akan terpecah belah umatku ini menjadi tujuh puluh tiga millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah. Lalu ada yang bertanya: Siapakah yang satu itu? Beliau menjawab: Orang yang mengikuti saya pada hari ini dan mengikuti sahabatku.” [HR.Tirmidzi: 6/141 dan lainnya, dihasankan oleh al-Albani, al-Miskat: 171]

Hadits ini menjelaskan kepada kita umat Islam bahwa golongan yang selamat dari api neraka dan golongan yang haq hanyalah orang yang mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya.

Syaikh Muhammad al-Mubarokfuri rahimahullah berkata: “Golongan yang selamat adalah ahli Sunnah yang jernih pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jernih.” [Tuhfatul Ahwadzi: 6/440]

Imam al-Munawi rahimahullah berkata: “Sedangkan sumber golongan yang tersesat dari umat ini ada enam: Khawarij, Qodariyyah, Jahmiyyah, Murjiah, Rofidhoh, dan Jabriyah, masing-masing berpecah belah menjadi dua belas golongan, sehingga jumlah keseluruhan tujuh pula dua.” [Faidhul Qodir: 2/27]

Berkata Syaikh Sholih Fauzan hafizhahullah: “Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Orang yang mengikuti sunnahku hari ini dan sahabatku, mereka adalah golongan yang selamat seperti yang dijelaskan oleh Allah azza wa jalla di dalam QS.at-Taubah/9: 100. [Maqolat oleh Syaikh Sholih Fauzan: 2/23]

Golongan yang selamat ini, tidak boleh bersedih dan berkecil hati. Walaupun jumlahnya hanya sedikit akan tetapi tetap menang bila melawan orang ahli bid’ah dan kelompok yang tersesat. Allah azza wa jalla berfirman:

مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” [QS.al-Baqoroh/2: 249]


Allah azza wa jalla akan menghinakan kelompok umat yang tersesat, walaupun jumlah mereka banyak, karena orang yang tersesat mereka mengikuti hawa nafsu dan mencari keuntungan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Bahkan jumlahmu pada hari itu banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih seperti kotoran buih yang di atas air.” [HR.Abu Dawud: 2/514. Dishohihkan oleh al-ALbani, Silsilah Shohihah: 2/647]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Senantiasa golongan dari umatku ini membela kebenaran [mereka menang] tidak lah membahayakan bagi mereka orang yang menyelesihinya sampai datang ketentuan Allah, sedangkan dia tetap menang.” [HR.Muslim: 6/52, bersumber dari Shohabat Tsauban]

Imam al-Bukhari rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di dalam hadits ini adalah orang yang mengilmui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [HR.al-Bukhari: 6/2666]

Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di dalam hadits ini jika bukan ahli hadits saya tidak tahu siapa mereka?” [Tausiril Azizil Hamid: 1/330]

Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di dalam hadits ini: Orang yang berani berperang membela agama Allah, sebagian mereka ahli fiqih, sebagian mereka ahli hadits, sebagian mereka ahli zuhud dan memerintahkan yang ma’ruf dan nahi mungkar, dan sebagian  mereka golongan  yang baik yang lain, mereka tidak harus bersatu di dalam satu tempat, boleh jadi penyebar di semua penjuru bumi.” [Syarah an-Nawawi 'ala Muslim: 6/400]

Semua keterangan di atas memberi kabar gembira kepada orang yang berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka pasti menang di dalam berhujjah dan di bela oleh Allah azza wa jalla sekalipun jumlahnya hanya sedikit. Firman Allah azza wa jalla:

قُلْ لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ

“Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu…” [QS.al-Maidah/5: 100]

Selanjutnya agar kita tidak tertipu oleh musuh-musuh Allah azza wa jalla yang berselimut di dalam wadah dan kelompok, maka kita wajib menuntut ilmu syar’i kepada orang-orang yang membela Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya, mereka adalah ahli hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan menuntut ilmu kita akan mengetahui orang yang tersesat dan mnyesatkan dan mengetahui orang yang menuntun kita kepada petunjuk Allah azza wa jalla dan Sunnah Rasul-Nya.

Hendaknya kita menjauhi orang yang berpegang kepada rasio atau hawa nafsunya, karena mereka pasti memusuhi ajaran Islam dan memusuhi orang yang beriman.

Imam Habbatullah bin Hasan al-Lalikay rahimahullah berkata: “Tanda orang ahli bid’ah dia mencaci ahli atsar ahli hadits.” [I'tiqodi Ahlis Sunnah: 1/179]

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Janganlah kamu berteman kepada ahli bid’ah, karena dia akan menyakitkan hatimu.” [I'tishom: 1/172]

Sebagai umat Islam hendaknya kita bersabar tatkala ditimpa fitnah yang datang dari ahli bid’ah dan hendaknya istiqomah di atas yang haq, karena para pendahulu kita dimenangkan oleh Allah azza wa jalla karena keistiqomahan mereka di atas dua perkata ini.

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat Kami.” [QS.as-Sajdah/32: 24]

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Maka dengan bersabar akan ditinggalkan syahwat dan dengan yakin di atas yang haq akan tergusur kerancuan atau syubhat.” [Iqtidho' Sirothol Mustaqim li Mukholafatil Ashabil Jahim: 1/120]

Upaya lain agar kita tidak menjadi ajang bagi musuh-musuh Islam, hendaknya kita tidak ambisi dunia, karena di antara yang menjadi sebab jauhnya dari dinul Islam adalah karena cinta dunia. Allah azza wa jalla mengingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama  dengan orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” [QS.al-Kahfi/18: 28]

Akhirnya kita mohon kepada Allah azza wa jalla semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan dijauhkan dari menyembah hawa nafsu dan pemikiran orang.

Wallahu A’lam.


Sumber: Disalin dari Majalah al-Furqon Edisi 5 Tahun Kesembilan, Dzulhijjah 1430, Nop-Des 2009 Hal.6-1
Share:

Asbabun Nuzul Surah Al-Falaq & An-Naas


tulisan arab alquran surat al falaq ayat 1-5
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, 
2. dari kejahatan makhluk-Nya, 
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, 
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul*,
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
(Al-Falaq: 1-5)

*Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut.
tulisan arab alquran surat an naas ayat 1-6
1. Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. 
2. raja manusia. 3. sembahan manusia.
4. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia.
(An-Naas: 1-6)

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab Dalaa-ilun Nubuwwah, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah SAW pernah mengalami sakit parah. Maka datanglah kepada beliau dua malaikat, yang satu duduk sebelah kepala beliau dan satu lagi duduk sebelah kaki beliau. Berkatalah malaikat yang duduk di sebelah kaki beliau kepada malaikat yang duduk di sebelah kepala beliau: “Apa yang engkau lihat ?” Ia menjawab, “Beliau terkena guna-guna.” Ia bertanya lagi, “Apa guna-guna itu ?” Ia menjawab, “Guna-guna itu sihir.” Ia bertanya lagi, “Siapa yang membuat sihirnya ?” Ia menjawab, “Labid bin al-Asham al-Yahudi, yang sihirnya merupakan gulungan yang disimpan di dalam sumur keluarga si fulan di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkatlah batunya, kemudian amblillah gulungannya dan bakarlah.”

Pada pagi harinya Rasulullah SAW mengutus ‘Ammar bin Yasir dan kawan-kawannya. Setibanya di sumur itu, tampaklah airnya merah seperti air pacar. Air itu ditimbanya, diangkat batunya, serta dikeluarkan gulungannya serta gulungannya dibakar. Ternyata di dalam gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas simpul. Kedua surat ini (al-Falaq dan an-Naas) diturunkan berkenaan dengan hal tersebut. Setia kali Rasulullah mengucapkan satu ayat, terbukalah simpulnya.

Dalam kitab Shahihul Bukhari terdapat syaaHid (penguat) yang ceritanya seperti itu, tapi tidak menyebutkan sebab turunnya kedua surat itu. Namun dalam riwayat lain ada syaHid (penguat) yang ceritanya seperti itu juga dan menyebutkan sebab turunnya kedua surat itu.

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Kitab ad-Dalaa-il, dari Ja’far ar-Razi, dari Ar-Rabi’bin Anas, yang bersumber dari Anas bin Malik bahwa kaum Yahudi membuatkan makanan untuk Rasulullah saw. Setelah memakan makanan itu, tiba-tiba Rasulullah sakit keras, sehingga sahabat-sahabatnya mengira bahwa penyakit itu timbale akibat perbuatan Yahudi itu. Maka turunlah Jibril membawa dua surat ini. Seketika itu juga Rasulullah keluar menemui shahabat-shahabatnya dalam keadaan sehat wal-afiat.

Sumber: “Asbabunnuzul, KHQ Shaleh dkk
Share:

Larangan Mendahului Allah Dan Rasul-Nya

Hasil gambar untuk padang pasirAllah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat:1)
Penjelasan Global

Allah Ta’ala memanggil hambanya dengan sifat iman. Penyifatan iman kepada seorang hamba merupakan sifat agung yang apabila seorang muslim merealisasikan keimanan dalam dirinya akan membawa dirinya untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Dalam ayat tersebut Allah melarang mereka dari mendahului Allah dan rasul-Nya dalam setiap keadaan.

Imam Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah berkata,

“ Firman Allah (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) maksudnya wahai orang-orang yang telah meyakini keesaan Allah dan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Firman Allah (لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ) maksudnya janganlah kalian mendahului ketentuan Allah dalam urusan peperangan dan agama kalian sebelum Allah dan rasul-Nya menetapkan perkara tersebut, sehingga kalian menetapkan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya…”

Makna ayat ini secara umum yaitu, “ Janganlah memutuskan suatu perkara kecuali Allah dan rasul-Nya, dan janganlah mendahului keputusan Allah dan rasul-Nya.

Imam Ibnu Jarir menjelaskan, “Adapun tentang ayat ( وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ) maksudnya takutlah wahai orang-orang beriman kepada Allah dalam perkataan kalian, jangan mengatakan sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan rasul-Nya serta dalam perkara-perkara lainnya. Dan waspadalah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar terhadap apa yang kalian ucapkan, dan Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian inginkan ketika kalian berbicarara. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari seluruh urusan kalian dan orang-orang selain kalian”
Penjelasan Ahli Tafsir Tentang Makna Mendahului Allah dan Rasul- Nya

Terdapat beberapa penjelasan perkataan ulama ahli tafsir tentang makna ayat (لَا تُقَدِّمُوا), namun semuanya memiliki makna yang sama.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma dalam riwayat ‘Ali bin Abu Thalhah berkata, “Janganlah kalian mengatakan sesuatu yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah”

Dalam riwayat ‘Athiyyah Al ‘Ufi, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “ Allah melarang kalian berbicara mendahului kalam Allah”

Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Janganlah kalian berfatwa tentang suatu perkara mendahului Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai Allah memutuskan perkara tersebut melalui lisan beliau”

Imam Al Hasan rahimahullah berkata, “Mereka adalah sekelompok kaum yang menyembelih pada saat hari raya kurban sebelum Nabi melakukan shlat Idul Adha. Kemudian Nabi memerintahkan mereka untuk mengulang menyembelih hewan kurban.”

Imam Adh Dhahak rahimahullah berkata, “ Janganlah memutuskan sesutau selain Allah dan rasul-Nya dalam urusan syariat agama kalian”

Ibnu Zaid rahimahullah berkata, “ Jangnalah memutuskan sesuatu selain Allah dan rasul-Nya”

Imam Sufyan rahimahullah berkata, “ Janganlah memutuskan sesuatu kecuali Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam”

Seluruh penjelasan ulama di atas benar. Perbedaan yang ada hanyalah perbedaan redaksi, namun maknanya tidak saling kontradiksi. Semuanya memiliki makna yang sama, dan makna ayat mencakup seluruh penjelasan di atas.
Hukum Mendahului Allah dan Rasul-Nya

Tidak boleh mendahului Allah dan rasul-Nya dalam beberapa perkara, seperti masalah penghalalan sesuatu, pengharaman sesuatu, penetapan syariat, dan sebagainya. Perkara-kara tersebut haram hukumnya dan seorang mukmin terlarang untuk melakukannya.

Imam Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah berkata, “ Ayat ini merupakan penjelasan tentang larangan mendahului Allah dan rasul-Nya. Termasuk dalam hal ini yang pertama adalah membuat syariat yang terlarang, mengharamkan segala sesuatu yang tidak diharamkan, menghalalkan segala sesuatu yang tidak halal. Hal ini tidak diperbolehkan, karena tidak ada keharaman kecuali yang Allah haramkan, tidak ada kehalalan kecuali yang Allah halalkan, dan tidak ada agama kecuali dengan yang Allah syariatkan”
Ayat-Ayat yang Melarang untuk Mendahului Allah dan Rasul-Nya

Terdapat banyak ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menjelaskan bahwa hukukm Allah adalah hukum yang paling baik dan sempurna untuk memutuskan semua perkara. Tidak boleh seseorang berhukum dengan selain hukum Allah. Hal ini berkonsekuensi tidak boleh seseorang mengedepankan pendapatnya dan tidak boleh mengambil hukum selain hukum yang Allah tetapkan. Demikian pula tidak boleh mendahului Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sabagaiamana Allah Ta’ala jelaskan,

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya “ (QS. An Nisaa’:65)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. “ (QS. Al Hasyr :7)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” (QS. Al Ahzab:36)

مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظاً

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. “ (QS. An Nisaa’:80)

Semoga sajian ringan ini bermanfaat dan dapat menjadi renungan bagi kita bersama. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.



Sumber : Al Manhiyaat fii Surati Al Hujuraat 13-18 karya Dr. ‘Ali bin Faazi At Tuwaijiri



Penulis : Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id
Share:

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

LISTEN QURAN

Listen to Quran

Popular Posts

Blog Archive

Recent Posts

Pages